Apa hobimu


Sebaik2 hobi : "yang pasti pasti"

Gue terhenyak ketika ustadz aris nyeletuk di kajian beliau "hobi kok naik gunung, travelling, capek di jalan, buang buang waktu dan uang". Deg batin gue. Kok akurat.

Gue pun termenung, mengingat sederet nama tokoh2 hebat nan mulia yang dikenang karena kecerdasan dan kegigihan mereka dalam menuntut ilmu, menghafal dan menulis, dan mengamalkan ilmu2 tersebut. Mereka semua punya satu kesamaan : kesungguhan dalam menjaga dan memanfaatkan waktu. Antara pekerjaan utama & hobi mereka tiada beda. Jadi hanya akan kita dapatkan kisah hari hari mereka dipenuhi dengan buku : belajar, mengajar, & beramal.

Itulah yang mendasari hijrah gue dalam perkara hobi. Sedikit cerita, dulu gue mengisi waktu senggang dengan gambar komik & manga. Tapi alhamdulillah setelah tau bahwa siksanya para penggambar makhluk adalah yang paling berat di akhirat, gue bakar semua gambar gue, & berubahlah aliran gue jadi realis (non makhluk). Gue gambar gedung2, mobil, bunga, dsb dari sketch dan arsirnya.. Satu buah gambar yang serius bisa memakan waktu berhari2 (karena gambarnya sejam sejam).

 Selain itu gue sekeluarga punya hobi naek gunung. Minimal 2x dalam sebulan kami naek lawu untuk latihan karena gunung sejenis lawu hanya butuh total durasi perjalanan 2 hari kurang untuk pulang pergi. Dan ketika libur panjang tiba, kami menjajal gunung2 berapi aktif yang lebih butuh persiapan & alat2 yang banyak kaya semeru, merapi, rinjani, dsb yang akan memakan 3 hari bahkan 10 hari total durasi perjalanan termasuk nyebrang pake feri. (fyi, gue & nyokap naek gunung tetep pake rok/gamis. Kagak masalah). Padahal selain pegel, mahal & tidak berpahala, waktu yang didedikasikan untuk keduanya gabisa kembali lagi.

Akhirnya makin kesini gue makin kritis soal hiburan. Apa yang dicari? Berapa banyak (waktu/materi/energi) yang dikorbankan? Apakah hasilnya sepadan?

Alhamdulillah di tahun kedua kuliah, gue berenti gambar & pensiun naek gunung. Liburan panjang, jogja selalu semarak dengan majlis2 taman surganya (kajian & dauroh), sehingga gada waktu untuk plesir2 yang berdurasi lama. Kemudian di waktu senggang gue mencoba membaca dan menulis. Mulai dari baca buku yang tipis2 dan genre yang menarik.. Lama lama mulai membaca buku buku yang lebih tebal dengan bahasa dan topik yang lebih berat tapi tetap seru. Tak terasa beberapa buku telah dihabiskan dan efek samping yang pasti berlaku, hasrat untuk menulis. Mulailah menulis dari yang singkat dan ringkas seperti status atau kepsyen hingga artikel dan paper ilmiah.

Dan ternyata keduanya Nyenengin! Hasilnya lebih pasti (ilmu yg ga didapat di bangku kuliah/sekolah, manfaatnya, dan habis waktunya untuk apa)  & kepuasan yang didapat setelah menamatkan buku atau menulis sesuatu dari keresahan terdalam itu melampaui kepuasan gue waktu summit gunung rinjani sekalipun! Padahal modal yang dikeluarkan dari sisi waktu & biaya jauuuuh lebih murah! Benar2 hiburan. Paling cuma pegel dikit di leher atau capek di mata ketimbang jalan2 yang capeknya sekujur badan & awet berhari2.

Dan eniwei, ada quote yang masyhur nan viral : "you are what you repeatedly do". So, apa hobimu?

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

لا تغضب hold your anger

Hadits - hadits tentang dunia

Apa itu Tauqifiyah?