Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah



Kalau teman-teman pergi ke toko buku untuk membeli Al Qur’an, kalian akan menemukan begitu banyak macam Al Qur’an dari sisi penerbit, merk, model, warna, maupun kelengkapan tafsirnya. Tapi terlepas dari semua itu, perlu diketahui bahwa perbedaan tersebut hanya dari segi fitur dan bisnisnya saja. Jadi tidak ada perbedaan dari Substansi Al Qur’an itu sendiri seperti jumlah ayat dan suratnya, Makna, dan Cara Baca, kegunaan dari Al Quran itu sendiri, dan juga sikap atau adab kita dalam bermuamalah dengan Al Quran. Karena apapun merknya, Al Qur'an berisi Kalamullah atau wahyu dari Allah yang berguna untuk membimbing para pembacanya untuk memahami dan mengamalkan agama islam yang diridhai oleh Allah.


Perlu diketahui bahwa Al Quran yang banyak digunakan dan diperjualbelikan di Indonesia mau merk syamil, aqwam, cordoba, tiga serangkai, dll adalah Al Quran yang dicetak dengan penulisan yang ditetapkan oleh Kementrian Agama Indonesia. Akan tetapi buku-buku tajwid (buku pelajaran untuk memahami kaidah membaca Al Quran) yang ditulis oleh para ulama, yang diterjemahkan dan beredar di Indonesia, semuanya menggunakan Rasm Utsmani cetakan madinah tatkala mengutip contoh dari Al Qur’an dalam menjelaskan suatu hukum tajwid. Pun ketika kita hendak mendownload aplikasi Al Quran di play store android maupun app store ios hampir semuanya juga menggunakan Rasm Utsmani cetakan madinah. Ini membuat sebagian orang menjadi bingung karena memang terdapat beberapa perbedaan dari sisi penulisannya.


Sebelum bahas perbedaannya, mungkin teman teman perlu tau sedikit mengenai mushaf kemenag dan tentang istilah Rasm Utsmani. 


Berikut ini adalah penjelasan yang saya kutip dari website lajnah kemenag Indonesia


Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia  adalah “Mushaf Al-Qur’an yang dibakukan cara penulisan, harakat, tanda baca dan tanda waqaf-nya, sesuai dengan hasil yang dicapai dalam Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Ahli Al-Qur’an yang berlangsung 9 tahun, dari tahun 1974 s/d. 1983 dan dijadikan pedoman bagi Al-Qur’an yang diterbitkan di Indonesia.”

Adapun untuk pemilihan harakat, dan tanda baca mengacu pada keputusan Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Al-Qur’an I-IX/1974-1983 dan berdasarkan komparasi harakat dan  tanda baca dari beberapa model cetakan dari mushaf-mushaf Al-Qur’an cetakan dalam dan luar negeri, seperti; Mesir, Pakistan, Bahriyah Turki yang banyak beredar pada tahun 1970-an.

Sementara penyederhanaan tanda waqafnya adalah dengan mengacu pola tanda waqaf hijazi yang berjumlah 7 simbol, karena dianggap lebih ringkas dan tidak kontradiktif dalam peletakan dan fungsinya. Sebagai ganti pola tanda waqaf ghairu hijazi (non-Hijaz) yang memiliki 12 simbol, yang terkadang banyak menumpuk dalam satu tempat.

Kemudian, apa itu Rasm utsmani?


Jadi, dulu terdapat peristiwa dimana Quran tersebar dan masing masing kabilah membaca Al Quran dengan Qiroat dan Lahjah (dialek) mereka sendiri. Karena penyebaran informasi tidak semasif saat ini, banyak orang awam di masa tersebut tidak mengetahui adanya riwayat/cara baca selain dari yang mereka praktekkan. Hal ini menyebabkan perpecahan karena masing masing dari mereka merasa asing dengan bacaan dari kabilah lain yang jauh dari negaranya.


Berangkat dari isu tersebut, khalifah Utsman bin Affan setelah berdiskusi dengan para tokoh dari kalangan sahabat rasulullah memutuskan untuk menyeragamkan Qiroat atau bacaan Quran. Kemudian Qiroat tersebut dituliskan dalam satu mushaf kemudian disebarkan ke wilayah-wilayah islam. Utsman menutup celah perselisihan dengan membakar seluruh mushaf dan lembaran Alquran yang pernah ditulis pada masa Umar bin Khattab sebelumnya. Sehingga sejak saat itu mushaf yang ada dinamakan dengan mushaf rasm utsmani. Dan penulisan inilah yang senantiasa digunakan di mushaf cetakan madinah dan banyak beredar di dunia internasional (dalam bentuk buku fisiknya, ebook, maupun aplikasi). 


Namun, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, negara kita memiliki kementrian agama sendiri yang mengawasi buku-buku agama yang beredar di indonesia, termasuk Al Quran. Kemenag kita menyusun Mushaf versi Indonesia dengan melakukan penelitian, penyesuaian, dan beberapa penyederhanaan. tapi tenang aja, konten, makna dan cara bacanya tetap sama dengan Qur'an sedunia yes.


Lantas apa sajakah perbedaan perbedaan itu?


1. Tanda Sukun


Secara umum semua tanda bacanya sama. Misal pada kata فعل, Fathah ya فَعَلَ, kasrah فِعِلِ , dhammah فُعُلُ. Yang berbeda adalah penulisan sukun.


Pada Mushaf Madinah penulisan sukun dibedakan dari cara baca huruf yang disukunkan itu sendiri. Apabila huruf tersebut dibaca jelas maka tanda sukun ditulis di atas huruf yang dibaca sukun, contohnya pada Alif Lam Qomariyah dan bacaan-bacaan idzhar halqi dan syafawi, maka sukun ditulis di atas huruf lam, nun, atau mim yang menandakan ketiga huruf tersebut dibaca jelas (idzhar). Tetapi jika huruf tersebut dibaca tidak jelas (seperti pada bacaan ikhfa atau idgham naqish) atau tidak dibaca sama sekali (seperti pada huruf huruf mad, huruf lam untuk Alif Lam Syamsiyyah dan pada hukum hukum idgham yang kamil) maka tanda sukun tidak ditulis.


Contoh sukun yang dibaca jelas ditandai dengan warna merah. Huruf sukun yang tidak dibaca jelas berwarna hijau



Adapun pada mushaf kemenag, semua tanda sukun pada huruf huruf yang sukun dituliskan kecuali tanda sukun di atas huruf lam pada hukum Alif Lam Syamsiyyah. Jadi huruf sukun tetap ditulis di atas huruf huruf mad, huruf nun dan mim sukun pada hukum hukum ikhfa, dan hukum idgham yang kamil maupun yang naqish.





2. Tanda Mad

Secara umum poin ini sudah disebutkan perbedaannya di poin pertama. Namun masih ada perbedaan lain yang dimiliki Mushaf Madinah dengan Mushaf Kemenag pada tanda mad.


Sebelum kesana, Apa saja sih tanda mad itu?

Pada asalnya tanda mad itu ada tiga ;

  • Fathah bertemu Alif, contoh مَالِكِ
  • Kasrah bertemu huruf ya sukun, contoh حَكِيمٌ
  • Dhammah bertemu wau sukun, contoh رَؤُوفٌ


Dan perbedaan antara mushaf madinah dan mushaf kemenag pada tanda mad di atas adalah pada penulisan sukun. Pada mushaf madinah sukun tidak ditulis, sedangkan pada mushaf kemenag ditulis.


Selain itu dalam penulisan Al Quran, mad dapat ditandai pula dengan alif kecil, ya kecil, atau wau kecil. Terdapat pula perbedaan pada kedua mushaf dalam penulisan tanda mad ini sebagaimana yang terdapat pada gambar.


 Mushaf Madinah

 Mushaf Kemenag



3. Tanda Tanwin


Tanda tanwin pada kedua mushaf sama pada hukum hukum idzhar halqi maupun syafawi seperti بً بٍ بٌ .


Akan tetapi pada hukum selain idzhar, penulisan tanwin pada mushaf madinah dibedakan untuk menandakan bahwa huruf yang bertanwin tersebut tidak dibaca jelas, entah itu ikhfa maupun idgham.





4.  Hamzah

Dalam bahasa arab, terdapat dua jenis hamzah. Pertama, hamzah Qath’i yang biasa ditulis sendiri atau ditulis di atas alif (ا), wau (و), dan ya (ى tidak bertitik). Kedua hamzah washal. Apa perbedaan kedua hamzah tersebut. Hamzah Qath’i adalah hamzah yang dibaca ketika washal, waqaf, maupun memulai bacaan. Adapun hamzah washal hanya dibaca ketika memulai membaca dengan hamzah tersebut (hamzah tidak dibaca ketika washal). Hamzah biasanya terdapat di atas huruf alif pada isim ma’rifah yang diawali dengan Alif Lam Syamsiyyah maupun Qamariyyah, atau pada fi’il amr. Hamzah washal ditulis dengan kepala huruf Shad di atas alif, dan tidak dapat menerima harakat. Kaidah cara membaca hamzah washal insyaallah akan saya tuliskan di artikel berikutnya.


Perbedaan penulisan hamzah saya rangkum pada gambar berikut



4. Tanda Sifr Mustadir

Tanda Sifr Mustadir merupakan tanda bulat yang berada diatas huruf illat (ا ، ي ، و). Penulisan tanda sifr menandakan bahwa huruf illat tersebut merupakan huruf tambahan saja, maksudnya huruf tersebut harus tetap ditulis, namun tidak dibaca. Pada mushaf madinah tanda sifr mustadir ditulis, sementara pada mushaf kemenag tidak. Berikut contohnya,


5. Tanda Waqaf

Tanda waqaf pada Quran sedunia maknanya secara umum sama, yakni

قلى : boleh berhenti, boleh lanjut, tapi waqaf/berhenti lebih utama (waqaf aula)

صلى : boleh berhenti, boleh lanjut, tapi washal/lanjut lebih utama (washal aula)

لا : tidak boleh berhenti (waqaf mamnu’)

ج : boleh berhenti, boleh lanjut (waqaf jaiz)

مـ : Harus/wajib berhenti (waqaf lazim)

∴ ∴ : berhenti di salah satu tanda (waqaf muroqobah atau mu’anaqah)


Yang membedakan mushaf madinah, mushaf kemenag, bahkan dengan mushaf mushaf dari negara islam lainnya adalah peletakan atau posisi dari tanda tanda waqaf tersebut. Hal ini dikarenakan ulama qiroah memang banyak berbeda pendapat dalam menentukan hukum waqaf di setiap akhir maupun tengah ayat. Jadi secara umum tidak semua akhir ayat itu waqafnya sempurna. Tidak juga akhir halaman atau akhir juz. Belum tentu waqafnya sempurna. Pun di setiap tengah ayat, belum tentu waqafnya buruk/qabih, boleh jadi waqafnya jaiz, bisa jadi juga waqafnya lazim. Dan penentuan hukum hukum terkait waqaf dan ibtida ini dipelajari setelah bab bab tajwid yang biasa disendirikan para ulama dengan bab khusus yang membahas waqaf dan ibtida.


Berikut contoh perbedaannya



6. Nun washal atau nun wiqoyah

Bahasan ini terkait dengan kaidah bahasa arab dalam membaca pertemuan dua huruf yang sukun. Pada asalnya tidak hanya berlaku untuk nun saja, tapi juga untuk mim dan huruf lainnya.

Contoh

وَلَقَدِ ٱسْتُهْزِئَ

Pada asalnya huruf ْقَد sukun pada huruf dal. Akan tetapi dibaca kasrah tatkala washal. Dan tidak ada perbedaan pada kedua mushaf dalam penulisannya. Sehingga yang jadi sorotan adalah huruf nun sukun atau tanwin yang setelahnya hamzah washal dan kemudian bertemu dengan huruf yang sukun.


Contoh pada surat al kahfi ayat 77

قَرْيَةٍ ٱسْتَطْعَمَا dibaca Qoryatinis tath'amaa

Maka pada mushaf madinah, tanwin dan hamzah washal ditulis apa adanya seperti contoh di atas. Adapun pada mushaf kemenag tanwin diganti dengan kasrah saja, hamzah washal dihilangkan, dan ditambahkan نِ (ni) kecil di bawah huruf alif. Ini merupakan bentuk penyederhanaan dari kemenag kita agar masyarakat Indonesia yang tidak memahami kaidah bahasa arab dapat membaca Al Qur'an dengan lebih mudah.


7. Perbedaan riwayat pada beberapa kata


Adapun perbedaan penulisan yang tampak dari beberapa kata di kedua mushaf (yang tidak berhubungan dengan tanda baca) maka hal tersebut mengacu pada perbedaan riwayat yang digunakan kedua mushaf dalam menulis beberapa kata tersebut. Contoh صراط, di dalam mushaf madinah alif tidak di tulis (di-hadzf) dan diganti dengan alif kecil, sementara di mushaf kemenag alif ditulis sebagaimana adanya. Ini dikarenakan Mushaf kemenag mengikuti riwayat penulisan imam Abu 'Amr ad Dani, sedangkan mushaf madinah mengikuti riwayat Abu Dawud.


Berikut saya kutip lagi dari website kemenag


Rumusan kaidah ilmu rasm usmani yang masyhur, yaitu:

[1] membuang huruf (hadhf),

[2] menambahkan uruf (al-ziyadah),

[3] penulisan hamzah,

[4] pergantian huruf (al-badal),

[5] kata yang disambung dan diputus penulisannya (al-fasl wa al-wasl), dan

[6] penulisan salah satu dari dua qira’at yang tidak bisa disatukan tulisannya (ma fihi qira’atani wa kutiba ‘ala ihdahuma).

Contoh-contoh sederhana dalam enam kaidah di atas, antara lain;

[1] membuang huruf, misalnya; penulisan kata العالمين dalam rasm ditulis dengan tanpa alif setelah huruf ‘ain ( العلمين);

 [2] menambahkan huruf, misalnya; penulisan kata ملاقو ربهم dalam rasm ditambahkan alif setelah waw menjadi ملاقوا ربهم;

3] penulisan hamzah, misalnya penulisan kata شطاه dalam rasm menjadi  شطئه;

4] pergantian huruf, misalnya penulisan kata الحياة dalam rasm ditulis dengan pergantian alif dengan waw menjadi الحيوة;

5] kata yang disambung dan diputus penulisannya, seperti pada kata ان لا dalam rasm terkadang ditulis disambung menjadi الا; dan

[6] penulisan salah satu dari dua qira’at yang tidak bisa disatukan tulisannya, misalnya bacaan Hafs pada QS al-Baqarah/2:132 yang dibaca ووصي karena mengikuti riwayat Qalun maka ditulis menjadi واوصي. Dari semua contoh tersebut bacaannya sama, hanya cara penulisan rasm-nya yang berbeda.

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/327-mengenal-rasm-usmani-mushaf-al-qur-an-standar-indonesia

https://lajnah.kemenag.go.id/berita/99-riwayat-mushaf-al-qur-an-standar-indonesia-sebuah-pengantar

Ya itu dia beberapa perbedaan yang saya ketahui dari mushaf rasm utsmani versi madinah madinah dengan mushaf kemenag banyak beredar di negara kita. Kalau teman teman mengetahui perbedaan lainnya bisa tambahkan di kolom komentar yang tersedia di bawah atau bisa DM saya langsung via Instagram atau Email.


Intinya perbedaan-perbedaan di atas bukan terletak pada substansi Kalamullah itu sendiri melainkan cara penulisan saja. Jadi silakan teman-teman memilih mushaf yang paling nyaman untuk kalian. Tipsnya dari saya, yang penting kalau ingin menghafal, jangan sering ganti-ganti mushaf karena posisi ayatnya pun suka beda. Saya sendiri lebih nyaman menggunakan mushaf madinah. Dikarenakan mushaf madinah digunakan secara luas di dunia internasional, entah itu dalam bentuk Quran fisik, aplikasi hp dan komputer, maupun dalam kitab-kitab para ulama yang mengutip ayat-ayatnya, termasuk dalam kitab-kitab tajwid yang mengajarkan tata cara baca al Quran itu sendiri. Happy reciting, Happy memorizing the Quran pokoknya!

Comments

  1. Bismillahirrahmanirrahim ... maa syaa Allah ustadzah sangat bermanfaat... ijin share ya ustadzah 💕

    ReplyDelete
  2. Jazakallahu khairan, sangat bermanfaat kak🙏

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Komik berfaidah #4

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

لا تغضب hold your anger

Sajak Rindu

Kenapa Harus Tartil?

Surat untuk sahabat