Diskon 100%

Kangen ramadhan ga? Seneng banget rasanya kalo ramadhan ngeliat temen2 muslim muslimah kemana mana bawa quran. Pun waktu maen ke wisma (salah satu kosan muslimah) saya jadi kaya malu sendiri gitu, semua pada tilawah, masing masing punya target bakal khatam berapa kali di bulan itu, gamau menyianyiakan 10 menit pun untuk banyolan ga bermanfaat atau sekedar hihi haha, bahkan kadang gada yang bisa diajak ngobrol kecuali di waktu berbuka.

Waktu ifthar, semua ngumpul di ruang tengah/sejenis aula dengan menu yang berbeda beda, cicip cicipan, cuap cuap ngobrol melepas rindu setelah perburuan kebaikan seharian. Ada yang habis ngajar TPA, ada yang habis ngelab, ada yang ikut kajian buka puasa, dsb. (yang ngelab itu saya. Ga mutu wkwk). Yah pokoknya ramadhan itu bulan paling berenergi untuk ibadah, meski kaum muslimin di hari hari itu ga makan dan minum dari subuh sampe magrib.

Di bulan itu kami membaca quran lebih banyak dari biasanya, sholat lebih banyak dan lebih lama dari bulan lainnya, mengkhatamkan quran yang bahkan mungkin di bulan lain sulit utk dapat setengahnya. Padahal makan kami sedikit, minum juga, lebih menjaga lisan, menjaga pandangan, tak lupa membatasi pergaulan. Herannya, indeks kebahagiaan kaum muslimin melambung tinggi melebihi bulan bulan lainnya tak terkecuali anak2 meski mereka belum wajib puasa (mungkin karena THRnya ya wkwk). Satu satunya yang mungkin membuat sedih adalah haid bagi wanita apa lagi yang kena di awal bulan dan akhir bulan.. Kami hanya bisa iri dan meratapi ketika melihat kebahagiaan orang lain waktu buka puasa atau ketika sholat 'idnya.

Kenapa ketaatan lebih banyak dan mudah dilakukan di bulan ramadhan? Karena kaum muslimin tau, di bulan itulah Allah membuka pintu surga dan menutup rapat pintu neraka, hanya di bulan itu pula setan setan dibelenggu, dan bulan dimana Allah membentangkan ampunan dan rahmatNya, siang dan malam. Bulan ramadhan. Bulan dengan beribu keutamaan dan ladang beramal seluas mata memandang dengan balasan yang tak berbilang. Siapa yang sanggup untuk melewatkan setiap detiknya tanpa diisi dengan amal shalih selain mereka yang tidak memahami harga dan nilai bulan tersebut?

Suatu ramadhan, waktu khotbah tarawih di masjid pogung dalangan (if im not mistaken), ustadz afifi memotivasi para jamaah untuk menyambut datangnya 10 hari hari terbaik di bulan ramadhan, yakni di akhir bulannya. Dimana pada hari tersebut terdapat satu malam yang tidak ada yang tau tepatnya malam ke berapa, yang kita kenal dengan lailatul qadr, malam yang harganya melebihi malam seribu bulan. Apa maksudnya? Jadi, ibadah yang dilakukan pada 1 malam tersebut, kebaikannya dapat menyaingi ibadah semisal yang dilakukan selama 1000 bulan atau sekitar 83 tahun! Bahkan umur manusia belum tentu bisa mencapai 83 th, apalagi untuk istiqomah mengisinya penuh dengan ibadah! Jadilah kami sepulang tarawih terlahir kembali dengan semangat berlipat mengejar satu hari yang misterius itu, harap cemas tak ingin terlewat.

Bayangkan sebuah SALE atau Diskon besar besaran di Periplus yang cuma berlaku satu dua hari apa yang akan kulakukan? Wkwk. Bahkan tidak butuh buku baru pun jadi merasa perlu membeli. Begitu pula dengan promo promo di superindo, carrefour, matahari, dan semisalnya.. Lihat bagaimana dampaknya pada mental para bunda?! Saya teringat waktu jaman cabe murah, ga tanggung tanggung mamak nyetok sampe 2 tupperware besar sampe mau nyimpen minuman ringan aja kulkas udah ga sanggup. Atau setiap kali Jco atau DD ngadain promo sampe potongan 50%, ada aja org2 yg bela belain meski antriannya panjang kaya apa.

Dari ramadhan, dari diskon dan promosi2, kita bisa perhatikan bagaimana manusia memandang harga sebuah "kesempatan", sebuah rentang masa, alias  waktu. Dan begitulah muamalah manusia dengan peluang secara umum. Tak ada yang ingin melewatkan kemuliaan bulan ramadhan sebagaimana banyak yang kecewa ketika luput dari kesempatan promo dan sebagainya. Lantas, bagaimana dengan masa muda? Bagaimana dengan kehidupan kita di dunia secara umum? Tidakkah keduanya lebih layak "diutamakan" sebagai sebuah peluang besar atau sebagai kesempatan yang langka? 

Bukanlah hal yang samar bahwa masa muda adalah masa-masa yang paling istimewa dalam kehidupan kita.  Masa masa dimana pemuda merasakan puncak kekuatan dan kebugaran, kemudahan beraktivitas, ketajaman panca indera, cemerlangnya pikiran, dsb. Lain halnya ketika seseorang menginjak usia tua, dimana kekuatan fisik dan panca indera mulai melemah, begitu pula kemampuan berpikir dan mengingatnya.

Maka tidakkah kita bersemangat meraup keuntungan sebanyak banyaknya dengan masa muda yang terbatas ini? Dengan berbagai keutamaannya, seperti kendali atas diri sendiri yang kita damba2 ketika kecil (aku pengen cepet besar biar bisa jadi ini dan itu, beli ini dan itu, gamau diatur2 harus pake apa, dsb), atau kelincahan dan kekuatan yang bagaikan sebuah mahkota yang memikat para kakek nenek renta yang merindu untuk kembali merasakannya. Lihat bagaimana mereka yang telah kaya dengan berbagai rasa kehidupan menasehati anak cucu mereka.. "kamu masih muda, jangan malas, jangan kebanyakan tidur, kerja yang serius, jangan banyak leha leha, ketika kamu tua, kamu akan muak dengan leha leha dan mengutuk dirimu sendiri karena tak menghasilkan apa apa ketika kamu bisa." (kata sosok imajinatif diri saya di masa depan. Hehe) 

Dan bagaimana dengan kehidupan kita secara umum? Bukankah di sepanjang usia kita diberikan diskon 100% udara, alat pernafasan dan pencernaan, fasilitas tambahan dan kesempatan yang sangat banyak untuk kita bertaubat, meraih ilmu, beramal, dsb?

Sebagaimana hadits yang disampaikan oleh Ibnu Abbas radhiallahu'anhu, bahwa rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya; 1. Masa mudamu sebelum tua, 2. Sehatmu sebelum sakit, 3. Kayamu sebelum miskin, 4. Lapangmu sebelum sibuk, dan 5. Hidupmu sebelum mati”. (HR. Hakim dalam Al Mustadrak)

Kita diperintahkan untuk memanfaatkan waktu sebanyak tiga kali, yang pertama masa muda, kemudian waktu lapang, dan yang ketiga "hidup" kita seutuhnya..

Salah satu faidah tambahan dari ustadz aris ketika membahas hadits di atas, yakni perkataan syaikh muhammad bin umar an nawawi albantani dengan redaksi saya : "selama manusia masih hidup di dunia, maka hakikatnya ia luang/lapang. Karena kesibukan sejati itu adalah perkara hisab dan rentetan perjalanan yg menanti di akhirat sana".

Semoga dengan ini kita semakin termotivasi dan bersemangat untuk beramal dan saling mengingatkan untuk tidak melewatkan kesempatan menanam selama kita hidup di dunia, selama ruh masih menyatu dengan raga.

SY Ummu Tsabit
Yogyakarta, 1 Februari 2018.

https://drive.google.com/file/d/19JbnGOWSFancDJXq8YypxmlQQNRUVSGK/view?usp=drivesdk

Download pdf terjemah "Nasehat Para Salaf Untuk Pemudi dan Pemuda" free :D



Comments

Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

لا تغضب hold your anger

الدعاء سلاح المؤمن

Hadits - hadits tentang dunia