Komik berfaidah #9

Drag force

Ada pepatah "semakin tinggi suatu pohon, semakin kencang angin yg menerpanya". Semakin tinggi cita, semakin besar jg tantangannya

Parallel dengan analogi yg ada pada gambar. Semakin besar atau lebar jilbab, semakin besar geometri atau postur tubuh, semakin besar pula koefisien drag atau faktor yg menghasilkan gaya hambatan yg dirasa seseorang ketika berlari, berkendara, & sebagainya.

Tak hanya secara fisis, akan tetapi secara filosofis kaidah tersebut juga berlaku di dalam kehidupan kita. Dengan kata lain, hambatan tidak hanya terjadi secara hissi/hakiki, tetapi juga maknawi.

***

Ketika seorang perempuan mulai membuka hatinya, menyambut seruan penciptaNya & memutuskan untuk berhijrah, lengkap dengan menjulurkan busana syar'i dari ujung kepala hingga menutupi telapak kakinya, hambatan & gesekan secara maknawi akan mulai menghadangnya, bisa jadi dari keluarga, lingkungan bermainnya, sekolah/kampus, atau dari masyarakat secara umum.

Sebagaimana firman Allah dalam surat al ankabut, yang artinya,

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. 29 : 2&3).

Maka siapa bilang jalannya akan mudah? Tapi kitalah yang dituntut untuk siap dan bertambah kuat. Karena pada hakikatnya timeline kehidupan tak pernah kosong dari ujian. Ia datang silih berganti. Selesai satu, ujian lainnya siap menanti.

Lulus SMA, gerbang perkuliahan di depan mata. Lepas pendadaran lantas wisuda, tuntutan dunia memanggil para sarjana untuk bekerja. Semakin tinggi gelar, semakin besar tanggung jawab yang mengejar.

Pun ketika seseorang memutuskan berhijrah. Awalnya ia diuji untuk meninggalkan kosmetik/riasan dan parfum ketika keluar rumah, lalu berlanjut memaksakan diri untuk menolak ajakan "mereka" untuk nongkrong lagi dan menggibah seperti biasa, atau ia diminta untuk menyiapkan mental kala komunitas lama mendepagnya karena kini ia sungguh berbeda. 

Banyak yang lulus dari ujian yang pertama. Cemoohan dan sindiran tak sesumbang perdana ia mendengarnya. Dia mulai pandai mengabaikannya. Lantas ia ingin mendekap hidayahnya jauh lebih mesra. Semakin kencang angin fitnah menghadangnya, apapun manifestasinya. Bisa jadi ia dilanda galau setelah tau keharaman gaji dari profesinya di bank, bisa jadi ia harus mencari celah, berkompromi dengan aturan larangan berjenggot di kantornya, atau bahkan memikirkan cara berkomunikasi pada keluarga yang mencemaskan penampilan dan pemikirannya kini. Cobaan demi cobaan seperti tak kunjung usai melanda hikayat hijrah manusia. Hatta ketika ia berhasil lulus dari ujian2 "fisik"nya, ia mulai menikmati dan semakin memahami banyak dari ilmu agama, beramal ini, merutinkan sunnah itu, bahkan ia mulai nendakwahkannya.. Keteguhan hatinya mulai diuji. Ketegaran niatnya terus dihantam berbagai konflik dan materi. Jiwanya lelah karena bolak balik menata orientasi. Lalai sekejap saja, amalan hangus berujung sesal dan merugi. Untuk ikhlas sekali saja benar benar telah 2 menyita energi. 

***

Jika memang demikian tantangan dan halangannya...
Lantas, bagaimana? Berhenti sekolah, tidak usah punya gelar atau jabatan saja agar orang tak berekspektasi, menambah beban atau menggantungkan harapan? Tidak usah berhijrah saja dari awal biar gada konflik yg semakin rumit dan menjamur jadi awam dalam ilmu agama?

Bukan. Dan pertanyaan diatas lebih terdengar seperti, "berarti copot jilbab dan ganti baju renang aja biar koefisien drag berkurang?"

Berkurangnya koefisien drag bukan berarti hilang hambatan. Drag akan selalu ada sebagaimana ujian yang tak pernah sirna selama ruh dikandung raga. Menjadi awam dalam agama bukan berarti bebas kewajiban/pembebanan syariat dan terjaga dari dosa. Tak berpendidikan tidak bermakna selamat dari tuntutan kehidupan atau lolos dari peran dasar dalam memenuhi kebutuhan (baca: b.e.k.e.r.j.a).

Maka gunakan tas di luar jilbab atau jaket ketika berkendara. Karena baju renang bukan solusi untuk dragnya, drag mungkin berkurang tapi kamu masuk angin dan jadi tontonan. Selesaikan kuliah dengan baik, lanjut bekerja dan berkarya semaksimal kita. Karena kebodohan dan ketidakberdayaan tetaplah lebih pahit dibandingkan beban sebuah tanggung jawab. Berhijrahlah dan pelajari agama.. Toh alim atau tidak alim, pasti sama2 diuji, pilih diuji tapi alim dong ya. Toh menjadi shalih atau biasa saja, tak kan membuat kita memenangkan hati semua masyarakat, kawan, atau keluarga. Sementara benar dan salah itu jelas nilainya. Haq dan bathil itu sangat kontras warnanya. 

Finally, Pilihlah jalan terbaik dalam kehidupan yang sementara. Penuhi peran yang didapat dan pelajari seni dalam menjalankannya. Kemudian hadirkan dan berusaha murnikan niat di setiap amalan kita, dan mintalah pertolongan dan taufikNya agar kita senantiasa berada di atas petunjukNya yang mulia.




Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

لا تغضب hold your anger

Hadits - hadits tentang dunia

Apa itu Tauqifiyah?