You only see what you wanna see and what people let you to see

Bayangkan : Seorang anak tanpa alas kaki berjualan koran di perempatan selokan UGM

Pengendara A membatin : anak ini ga mandi berapa hari sih? Kucel banget.
B : ngeliat penampilan kaya gini paling hasil jualannya buat beli rokok.

C : kemana orang tuanya?! Masa anak kaya gini dibiarkan di jalanan, bukannya sekolah

D : kuat banget ni anak, panas2an ga pake sandal mana gada tempat buat neduh. Salut

E : ni orang kucel kaya ga pernah mandi, jualan koran panas2 biar bisa makan halal, sabun mah prioritas ke sekian. Wajar lah ya..
.
F : ni anak kaya ga mandi tp bahagia aja mukaknya.. Coba ah 5 hari kedepan

Si anak : ini orang2 kok ga pada beli koran gue ya? ==============================
Satu fenomena akan menghasilkan berbagai macam versi pemikiran sebanyak jumlah kepala yang menyaksikannya. Tapi Si anak tidak terbebani dengan secuil prasangka pun dari orang-orang yang memandangnya. Bahkan dia tidak pernah tertarik, seiseng apapun, untuk bertanya; "how do i look" atau "what do you think about me", meski dalam bahasa Indonesia sekali pun karena terbatasnya kemampuan bahasa inggrisnya.

Anak itu adalah kita di satu atau banyak titik dalam timeline kehidupan. Cuek dan apa adanya.

Aktris atau pesolek ulung sekalipun punya suatu momen dimana dia tidak akan berusaha untuk memainkan peran apapun, atau tertuntut tampil sempurna dari busana hingga gaya bicara.

Kita. Kita yang ada masanya merasa lelah untuk menjadi positif terus menerus (positif standar orang lain). Kita tidak tertarik untuk membela diri lagi. Kita tidak berusaha menjelaskan keadaannya dan merasa memang tidak perlu untuk menjelaskan. Dan kita membiarkan orang lain dengan persepsinya.

Ada satu dimensi dalam diri yang orang orang terdekat sekalipun tidak akan pernah bisa menjamahnya.. Apalagi mengetahui hakikatnya.

Dinding dinding tersebut ada pada diri orang lain pula. Apa yang ada dibaliknya berupa rasa sakit, cinta mendalam, ketakutan, harapan, dsb hanya dia dan Rabbnya yang tau. Tahan prasangkamu.


Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Hanya sebentar saja

Sajak Rindu

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Yonika

Tahapan Menuju Pernikahan yang Syar’i untuk para Jomblo