Aku Cantik Ga??
Di kamar, di kaca spion, di kaca mobil, di mushola, di toilet, bangun tidur, berangkat kuliah, setelah berwudhu, dimana pun, kesempatan apa pun hampir atau mungkin semua perempuan tak lupa memeriksa penampilannya dengan bercermin atau ngaca. Sampai sampai tak sedikit dari kaum perempuan yang selalu membawa cermin portable atau cermin saku di dalam tas mereka. Beberapa juga tak segan bertanya pada temannya ‘Aku cantik ga?’. Dan nyaris semua yang terlahir sebagai wanita tak ada yang suka terlihat jelek apalagi dikatakan jelek. Bahkan terkadang kebohongan yang menyenangkan lebih mereka sukai ketimbang kenyataan yang menyayat hati. ‘Udah ngacanya, udah rapi kok..’, demikianlah.
Padahal seindah indahnya rupa manusia coba perhatikan ketika seseorang hendak
bersin. Namun kemudian ‘batal bersin’ padahal sudah memulai ancang ancang...
jamin pudar ayu atau gantengnya.. he he he.
Maka, bagaimana perspektif islam dalam memaknai dan memandang sebuah label
‘cantik’ dan bilamanakah penghargaan tersebut disematkan?
Standar Terbaik
Sudah menjadi naluri setiap manusia untuk menyukai keindahan dan bukan
dengan kebalikannya. Apa ada yang salah dengan itu? Tidak. Bahkan Allah, yang
telah menciptakan laki laki dan perempuan sendiri telah berfirman yang artinya
“Di dalam surga
itu ada bidadari – bidadari yang baik-baik lagi cantik jelita” (QS. Ar-Rahman :
70).
Kita tahu bahwa Surga adalah tempat yang paling indah, yang menyimpan
segala bentuk keindahan dan kenikmatan yang mengalahkan segala jenis keindahan
yang ada di dunia, yang diburu para manusia sejagad raya. Apa salah satu
perbendaharaan yang ada di dalamnya? Yakni, Bidadari yang ‘baik’ lagi ‘cantik
jelita’. Ini mengisyaratkan bahwa rahasia kesempurnaan seorang wanita sehingga
ia menjadi perhiasan yang begitu berharga adalah dengan memadukan kecantikan
hati dengan kecantikan fisiknya.
Namun perhatikanlah bagaimana Allah mendeklarasikan kriteria sosok bidadari
surga! Allah memulai dengan menyebutkan budi pekertinya kemudian baru sifat
fisiknya. Lihatlah bagaimana Allah meninggikan harga sebuah akhlak di atas
keindahan fisik. Inilah yang sering dilewatkan oleh umat manusia bahwa
kecantikan fisik tak abadi dan akan sirna seiring berlalunya usia, sedang
keindahan akhlak sebagai cerminan hati akan dikenang sepanjang masa.
Alhamdulillaah,
kita semua adalah Mahakarya
Kata Akmal cantik itu jika mancung bibirnya, eh hidungnya ding. Kata Kamal
cantik itu kalau tebal alisnya, hitam lebat rambutnya, bibir merah, dan putih
kulitnya. Kata Kalam yang lentik bulu matanya lebih manis wajahnya.. dan
seterusnya. Sehingga Ani memakai lipstik agar bibirnya merah merona. Ina
membubuhi bedak untuk memutihkan wajahnya. Nia memoleskan maskara biar lentik
dan lebat bulu matanya, dan seterusnya.
Apa yang terjadi wahai saudari? Apakah kau merasa kurang sempurna dengan
penciptaan dirimu? Apa Penciptanya pernah mengeluhkan karyaNya sehingga
menyunnahkan Kamal, Kalam, dan Akmal, para Brand iklan dan produk untuk
menentukan standarnya dan membebani Ani, Nia, dan Ina, para konsumen atau lebih
tepatnya para ‘korban iklan’ untuk ‘mengikuti sunnah’ mereka?
Tidak ada yang salah dengan bibir merah mudamu, rambut pirangmu, alis
tipismu, kulit gelapmu, dan semuanya, dan toh tak ada yang pernah memesan
wajah, tinggi, berat badan, dan warna kulit ketika ia diciptakan. Sehingga tidak
ada yang memiliki hak untuk ‘menyalah-nyalahkannya’ yaa ukhti.. atau
merasa lebih mulia dengan fisiknya satu
sama lain lebih lebih lagi mencela mereka yang tak memiliki fisik yang
‘sempurna’. Maka tak pula kita memiliki hak untuk mengatur ngatur standarnya,
yang bahkan Allah dengan kehendakNya-lah yang telah menciptakan kita manusia
yang jumlahnya milyaran dari Adam hingga manusia terakhir kelak, berbeda beda
rupa satu dengan yang lainnya tanpa ada referensi atau contoh sebelumnya sebagai
tanda tanda kekuasaanNya dan luasnya ilmuNya, sebagaimana firmanNya yang
artinya,
“Dan di antara
tanda tanda kekuasaanNya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar
terdapat tanda tanda bagi orang orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Rum : 22)
Maka mengapa kita yang sibuk hendak menjadikan semua orang ‘berwajah sama’?
Tidakkah kita pernah memperhatikan ketika bercermin, rambut yang kita miliki
ini hidup, tumbuh panjang namun tidak terasa sakit ketika dipotong? Atau fakta bahwa mata yang sipit ini tanpa
kita sadari mampu berkedip sebanyak lima belas ribu kali dalam sehari yang
setiap kedipannya dapat melembabkan mata, membersihkan, dan mengistirahatkan
mata dari menjalankan fungsinya untuk kembali berakomodsi? Atau bahwa hidung
yang dibilang pesek itu dalam satu hari dapat menyaring dan mengatur suhu lima
belas ribu liter udara yang akan masuk ke paru paru kita? Atau kulit yang
dikatakan gelap itu yang melindungi kita dari radiasi berbahaya dan juga
mengatur suhu tubuh kita untuk setiap cuaca yang berbeda? Dan sederet nikmat
lainnya yang memuat begitu banyak kompleksitas dan keajaiban bahkan untuk
setiap elemen penyusunnya... Sungguh kita adalah Mahakarya. Maka jangan tunggu
seseorang memujimu cantik baru engkau bersyukur dengan penciptaanmu! Jangan!
Cantik Hati
Betapa kita lupa bahwa penilaian terbaik adalah penilaian dari Allah, Rabb
yang menciptakan kita dan yang lebih mengetahui tentang ciptaanNya, yang Maha
adil, dan tak mungkin berdusta dengan penilaianNya, dan selalu menginginkan
kebaikan bagi hambaNya. Dan betapa kita lalai bahwa apa yang berada di dalam
hati jauh lebih berharga dibandingkan rupa dan tampak seseorang di mata
manusia. Sebagaimana sabda rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
rahimahullahu ta’ala yang maknanya
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian. Tetapi Allah melihat kepada
hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim : 6708)
Dan juga sabda
Nabi dalam hadits arba’in an nawawi yang artinya,”..Ketahuilah, sesungguhnya di
dalam jasad ada sekerat daging. Apabila baik maka baiklah seluruh jasadnya dan
apabila buruk maka buruklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa sekerat daging
itu adalah hati” (Muttafaqun ‘alaih)
Maka renungkanlah, bagaimana seseorang bisa habis – habisan mengorbankan
harta, waktu, dan tenaganya untuk mempercantik diri demi memuaskan pendapat
orang orang disekitarnya, begitu memperhatikan penilaian orang orang yang
bisanya hanya berkomentar dan mengkritik saja, yang sejatinya ‘tiada peduli’
dengan kesusahan dan urusannya, dan bahkan pasti menolak untuk membayar biaya
kecantikan yang dikeluarkannya, sedang ia tak pernah mempercantik isi hatinya
yang padahal senantiasa diperhatikan dan dinilai oleh Rabbnya para artis, ahli
kecantikan, dokter kulit, dan segenap alam semesta.
Sungguh agung kedudukan akhlak, amal perbuatan atau budi pekerti sebagai
manifestasi dari kemuliaan hati seseorang. Yang dengan akhlak yang baik
tersebut, seseorang, laki laki atau perempuan akan dicintai oleh siapa saja
meski ia tak memiliki rupa yang tampan atau jelita. Karena keindahan akhlak
dapat dilihat bahkan oleh mereka yang buta, dapat didengar oleh mereka yang
tuli, dan dapat dirasa oleh mereka yang berhati keras sekalipun. Inilah standar
mutlak yang harus dimiliki oleh setiap insan jika kita ingin meraih ridhoNya
dan dicintai manusia.
Cantik Islami
Berbicara
tentang kecantikan fisik, di mata manusia sangat relatif, sebab hanya mata yang
didaulat sebagai hakim dalam memberi penilaian. Dan perspektif islam tidak
memberatkan dan membebani kaum hawa dengan menentukan konsep penampilan seorang
wanita agar terlihat cantik bagi yang memandangnya. Namun islam telah datang
dengan wisdom atau hikmahnya bagaimana agar seorang muslimah menjaga
penampilannya dalam berbagai kesempatan. Islam mendorong agar seorang wanita
berpenampilan bersih dan rapi dengan menjaga norma norma di hadapan teman –
temannya dan berhias serta tampil menarik ketika di hadapan suaminya.
Dalam Shahih
Muslim diriwayatkan bahwa rasulullah shallallaahu’alayhi wasallam pernah
bersabda yang artinya “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik baik perhiasan dunia
adalah wanita shalihah”.
Maka berhias
yang sebenarnya adalah berhias dengan kosmetik maknawi. Dan memoles diri dengan
akhlak yang mulia jauh lebih penting dibandingkan memoles wajah dengan
kepalsuan. Yakni dengan menjulurkan hijab syar’i sebagai mahkotamu, senyum dan
keceriaan sebagai pemanis wajahmu, kata kata yang baik dan santun sebagai pelembab
bibirmu, menjaga pandangan sebagai celak matamu, dan kedermawanan dan menebar
kasih sayang sebagai pernak pernik yang menghiasi dirimu sehingga jadilah
engkau sebaik baik perhiasan dunia. Dan kini, semua sepakat akan kecantikanmu.
[SAVIERA
YONITA]
Referensi
“kecantikan
wanita dalam perspektif islam” Ummu Ihsan al choiriyah
Kajian
tazkiyatun nafs oleh ustadz afifi abdul wadud
pic : beloved grandma
tulisan sudah dicetak di koran uleenuha sebelumnya