Do not take risk (for this)








“Jika dihitung, dalam satu hari rata-rata sekitar 70 – 71 jiwa atau 2 – 3 orang tiap jamnya meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas,” kata Menhub Budi Karya Sumadi melalui akun @kemenhub151 yang dikutip Beritatrans.com di Jakarta, Senin (23/10/2017).

Konon Masyarakat Indonesia berjumlah 261 juta jiwa. Kita berhitung sedikit. Asumsi dari seluruh masyarakat yang ada 70%nya beraktivitas di luar rumah setiap harinya. 30% lainnya? Ya asumsi 15%nya ibu rumah tangga super sholihah, ART, dan bayi juga balita2 mereka, 10% para sesepuh yang tua renta yang lebih suka beristirahat sambil mendengar murottal atau mantengin TV Rodja, 5% anggaplah para dokter2 residen, coass, dan jajaran perangkat medis lainnya yang kebagian jatah jaga seharian di dlm RS, para mager-ers nan go-fooders setia indonesia siapapun mereka dan apa pun alasan mereka stay di dalam gedung (tidak keluar), dan para jobless-ers kaya saya yang bisa seharian hanya dirumah saja. Itu berarti ada 182.7 juta jiwa pergi keluar rumah setiap harinya apapun aktivitasnya.

Maka berarti kalau anda bagian dari 70% tadi, anda telah membahayakan nyawa anda sebesar 3.9 x 10^(-5) % setiap harinya. Dengan kata lain setiap anda memutuskan untuk keluar rumah, anda mengambil risiko menjadi korban kecelakaan sebesar 0.000039%. Atau sarkasnya, bisa jadi kamu mati besok pagi gegara begadang nonton el classico atau derbi trus bangun kesiangan padahal ada ujian di sekolah, dan akhirnya kamu ngebut di jalan dan oleng dan nabrak pak becak baik hati tidak berdosa. Secara matematis peluangmu mati ga pernah 0. So, jangan begadang nonton bola (kesimpulan macam apa ini wkwk. Pardon my fallacy)

Itu cuma risiko mati "kecelakaan" ya.. Belum risiko karena merokok, karena membawa benda tajam, karena konsumsi alkohol, dsb.. 

Inti dari perhitungan dan asumsi2 ngawur di atas adalah, "Segala sesuatu itu pasti ada risiko". Bahkan sekedar beli indomie ke toko depan rumah. Dan wow, setiap hari kita bermuamalah dengan risiko dari yang kecil kaya mati nabrak becak tadi, sampe yang besar berapapun angkanya, apapun bentuknya.

But why... Tiap kali ngomongin risiko.. Yang terbesit di otakku itu adalah mati, presentase kegagalan suatu operasi laparoskopi, angka harapan hidup pengidap HIV, efek samping obat, atau yang agak beda... rugi (rugi materi. Duit. Aset. Investasi. Dsb.. Ngalah2in KBBI.. Yang dicari risiko, rekomendasinya soal duit semua)? Kadang aku jadi berpikir, secinta itukah aku dengan kehidupan? Setakut itukah aku dengan kematian?

Aku ga kepikiran kaya "menonton film porno meningkatkan risiko masuk neraka" atau "kebiasaan atau keseringan maksiat (misal, keluar rumah pake sanggul, kemben, kebaya, ga jilbaban) memperbesar peluang seseorang mati dalam keadaan bermaksiat pula(matinya di luar rumah ya dengan pakaian pengumbar aurat dia tadi. suul khotimah)", karena aku pernah denger perkataan "من عاش على شيء، مات عليه" yang artinya "barang siapa yang hidup di atas sesuatu, maka ia akan mati (dimatikan) di atas hal tsb". (well Alhamdulillah, dengan taufiq Allah sekarang jadi kepikiran).

Padahal kalo aku ditanya apa hal yang paling ditakuti/tidak disenangi, pasti jawabannya takut adzab Allah, masuk neraka, adzab kubur, suul khotimah, dsb. Secara, siksaan neraka paling ringan, seseorang dipakaikan sandal, tapi otaknya tetep mendidih. Bayangin, kita keciprat minyak panas pas goreng ikan aja syoknya kaya apa. Kalo kita yang "beruntung"  dapet adzab teringan tadi apa kita ga menderita dan meronta2 minta keluar dan kesempatan kedua untuk beramal di dunia.. Dan kabar "baiknya" adalah, kesempatan kedua itu tidak pernah ada.

Kalo demikian, berarti idealnya aku berhitung dan menimbang nimbang tiap akan melakukan suatu dosa. Karena yang namanya dosa, akan mengantarkan kepada semua hal yang aku ga suka tadi. Eh ralat. Bahkan, aku harusnya ga perlu berhitung! Perbandingannya terlalu jauh! Nikmat bermaksiat yang cuma sekejap...tapi risikonya??!
Atau secara matematis. Asumsi umur kita 65 tahun. Asumsi 65 tahun bermaksiat, berlezat lezat dan bernikmat2 dengan yang dilarang syariat. Bandingkan.. Alias [65th x kenikmatan] dibagi dengan [siksa x umur di akhirat (infinit/kekal)]. 0 coy! Berapa pun dibagi infinit itu 0! Nikmat selama 65 th itu hanya bernilai 0!

End of discussion.. We've had enough! We've already known that. Teorinya emang ga berubah selamanya. 

Tapi... Ninggalin maksiat itu berat.. Susah! Dan telah masyhur ungkapan "ان الانسان عرضة للنسيان" yang maknanya "manusia itu mudah diserang lupa"..

Maka Inilah manfaat sebuah peringatan, manfaat nasehat, dan manfaat dari amar ma'ruf nahi munkar. Agar kita selalu ingat akan risiko yang berlaku pada setiap amal atau aktivitas yang kita kerjakan.
Semoga Allah senantiasa mengampuni dosa saya dan teman teman semua, menjaga kita dari berbuat keji dan sia sia, memberkahi sisa umur kita, dan memperbagus akhirat kita. Aamiin

Comments

Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

Jangan Nunggu Sempurna

Apa itu Tauqifiyah?

5 Video Podcast Paling Menginspirasi