Hanya sebentar saja

Written by: Titi Komalasari kece beud
4 tahun terasa begitu singkat setelah semua tantangan, ujian dan suka duka telah terlewati.
Entah ia berbekas sebagai kenangan yang menyenangkan atau pengalaman yg tidak ingin terulang, akhirnya iapun terlewati.

Begitulah kehidupan dunia setelah ia menghampiri.

Penghargaan, pujian, kebanggan dan segala kenikmatannya akhirnya punya masa kadaluarsa. Semuanya akan terlupakan dan yg tersisa adalah apa yang bermanfaat bagi akhirat kelak.
Apa yg tersisa dari gelar, tumpukan sertifikat dan penghargaan 4 tahun ini?
Tidak ada kecuali ilmu yang bermanfaat bagi umat.
Kebahagiaan orangtua karena telah 'meluluskan' anaknya sejatinya hanya sementara, kemudian digantikan kegalauan lagi tentang pekerjaan, pernikahan, cucu2, dst dst.
Begitulah dunia saat menyapa manusia, menjanjikan masa depan yang bahagia walau hakikatnya hanya kesenangan semu.

Saat masa depan yg dulu diimpikan telah tercapai, maka ia tergantikan oleh masa depan 5 atau 10 tahun kedepan. Begitu terus dunia menipu kita hingga hari dimana ajal menjemput namun kita menyadari bekal kita menggapai masa depan sesungguhnya amatlah sedikit.

Oleh karena itu, tidak perlu heran saat kita mendapati banyaknya alumni2 universitas umum mengatakan
"Aku menyesal dulu terlalu menghabiskan banyak waktu untuk belajar ilmu dunia, kemudian lalai dan acuh dengan ilmu agama.."
tapi jarang diantara mereka yang mengatakan
"Aku menyesal karena telah menghabiskan banyak waktu untuk belajarilmu agama dan menghafal al-Qur'an, sedangkan ilmu dunia aku lalaikan.." walaupun mereka lulusan universitas umum.

Kau tahu kenapa? Karena ilmu agama adalah cahaya penunjuk jalan, tidak akan menyeaal mereka yang bergelut di dalamnya, bahkan kebahagiaan, kelapangan dan kebijaksanaan senantiasa terpancar dari mereka.

Kita semua sama2 tahu, godaan hidup di universitas umum itu sangat menggiurkan. Pengennya segala ilmu itu di lahap, belum lagi organisasi, komunitas, kegiatan bakti sosial dll. Segala macam seminar bersertifikat, mendali dan penghargaan juga tidak pernah luput dari gemerlap dunia perkampusan. Semua itu tentu harapannya adalah menjadi manusia yg bermanfaat dan bisa berkarya untuk umat. Tapi bagi yg mulai belajar ilmu agama dan sudah mulai paham bahwa akal yg selamat adalah yg tunduk pada wahyu kemudian beramal dengannya akan punya timbangan yang berbeda. Bahwa bermanfaat dan berkarya adalah cita2 besar setiap mu'min, tapi cita2 tersebut hendaknya di dahului dengan ilmu sehingga tidak berbenturan dengan syari'at. Apalagi bagi muslimah, suka atau tidak suka kita harus mengakui bahwa aktivitas yg ditawarkan kampus sebagian besarnya kurang bersahabat dengan aturan syari'at. Tentang iktilat, jam malam, tabarruj, fitnah wanita, dan fitrah wanita untuk lebih banyak berkarya dari rumah.

Tulisan ini bukan untuk menyudutkan teman2 yg aktif di dunia perkampusan apalagi menuduh kehidupan kampus senantiasa identik dengan kecintaan terhadap dunia. Tidak sama sekali. Banyak kisah teman2 yg sukses belajar agama dan fokus menghafal al qur'an tapi prestasi dan kontribusinya sebagai aktifis kampus juga membanggakan.

Tulisan ini hanya sebagai nasihat utk penulis dan teman2 agar di setiap langkah dan keputusan tetap menjadikan akhirat sebagai prioritas, lebih jeli mengukur kapasitas diri dan kebutuhan. Waktu 24 jam terasa begitu lama untuk sekedar berdiam diri, tapi saat kita harus memilih utk bergerak, maka pilah pilihlah karena ia akan mengambil waktu lebih banyak kemudian menyisakan lelah. Karena waktu berbatas, tidak semua jalan kebaikan bisa ditempuh, tapi jalan menuju surga telah Allah tunjukkan melalui Rasul-Nya. Siapkan waktu untuk berdo'a kepada-Nya, agar keberkahan menyertai jalan2 kebaikan yg terpilih
NTMS

Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

Jangan Nunggu Sempurna

Apa itu Tauqifiyah?

5 Video Podcast Paling Menginspirasi