Timbangan Badan

Di antara megahnya gedung2 yg menjulang di kota yang bersinar, anak2 beradu berkejar kejaran. Salah seorang dari mereka berlarian membawa tas selempang. Tepat di tengah area pejalan kaki, langkah anak itu terhenti sementara teman2nya terus berlari. Di bawah teriknya matahari waktu dhuha di kota madinah ia duduk tawarruk beralaskan betisnya kemudian mengeluarkan isi tas selempangnya. Sebuah timbangan badan.

Tak ada yang melintas. Pagi itu jauh dari 2 waktu sholat dan bukan pagi yang sejuk bagi orang2 untuk berangkat ke masjid. Adapun kami, sedang menunggu papa yang mencari tumpangan untuk kembali ke makkah setelah menghabiskan satu malam di masjid an nabawi.

Menyaksikan pemandangan ganjil tersebut, dengan penasaran seorang teman saya mendekati anak tadi dan mengajaknya bicara. Anak itu hanya diam saja sambil menyodorkan timbangan yang dibawanya. 

Untungnya temanku paham aturan mainnya. Kau beri berapa saja, dan kau bisa menimbang badan sepuas yang kau mau (meski angkanya tidak akan berubah). Kami tergelitik norak seakan baru kenal teknologi bernama timbangan, lantas berganti2an membayar dan menimbang. Yang kami tau anak ini tidak mengemis pun dia tidak berbicara sepatah katapun untuk mempromosikan "jasa"nya. Kami saja yang terlampau udik sembari membunuh kebosanan.

Setelah dirasa cukup, anak itu memasukkan timbangannya lagi kemudian pergi sambil menyahut panggilan teman2nya tadi. "Lha itu ngomong", batinku kesal, karena tadi dia tidak menjawab pertanyaan2 kami meski sederhana seperti 'min ismak', 'masmuk', 'musmak'. berbagai lahjah sok sok kami coba (padahal bisanya ya cuma nanya nama hahaha) hanya untuk mendengar suaranya. Apa ada SOPnya ya batinku bertanya2.

Tapi intinya dari adik ini kita dapat pelajaran bagaimana seharusnya seorang muslim menjaga kehormatannya dengan menahan diri dari meminta2. 


_________________________
Jadi inget faidah kajian araknul islam ust aris, ketika ada yang minta2 maka dalil bagi kita yang diminta2 dan kita punya, adalah surat al maarij
والذين في اموالهم حق معلوم
للسائل والمحروم
Jadi teteplah ngasih (kalo kita ada. Tp dirinci ya, tetep liat2 yg minta2 siapa, kalo banci dsb gausah dikasih, tar makin awet bancinya, nambah2 saingan aja, wkwk), sebagaimana rasulullah yang tak pernah menolak orang yang datang kepada beliau untuk bermacam2 perkara.
Sedang dalil larangan meminta2 adalah bagi mereka yang bermental lemah dan berpikiran/terbesit untuk mengemis sementara tak ada udzur baginya untuk meminta2.
Jadi gunakan dalil sesuai dengan jihahnya (penunjukan dalam dalilnya). Bukan sebaliknya.. Pas diminta pengemis make dalil "wegah aku, kan haram meminta2".. Pas butuh pertolongan, pake dalil almaarij "kalo ada yang minta tu kudu ngasih, ada ayat dan haditsnya lho, kene aku njaluk..".
  ____________________
Dari adek ini kita dapet pelajaran bagaimana seharusnya seorang muslim menjaga kehormatannya dengan menahan diri dari meminta2 dan mengeluarkan beberapa sen dari harta kita atas hak orang-orang yg menjaga kehormatan mereka dari meminta-minta.


Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

Jangan Nunggu Sempurna

Apa itu Tauqifiyah?

5 Video Podcast Paling Menginspirasi