[Uripku Lagi Selo]


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Untuk setiap ummat Nabi, Allah turunkan ujian yang berat. Ada yang diuji dengan kekuasaan, ada yang diuji dengan fitnah wanita, dan ummat Nabi Muhammad shallallahu'alayhi wasallam ujiannya adalah harta. (kajian 'beranjak dari kemiskinan' , ust.Yazid)

Maka telah kita saksikan bagaimana masyarakat di Indonesia terutama yang muslim menyikapi isu-isu perekonomian yang sedang melanda.. sebagian ada yang tidak peduli, sebagian lagi ada yang membantu di pemerintahan untuk menanganinya, dan sebagian ada yang sibuk 'mengadukan' atau mengeluhkannya pada pemerintah melalui beragam media opini atau panggung demonstrasi..

Sejak awal saya merasa ada kejanggalan disini, walhamdulillah dalam sebuah kajian yang telah saya singgung judulnya saya disadarkan bahwa tak seharusnya seorang muslim mengadukan/mengeluhkan perkara rezeki kepada makhluk sekalipun ia adalah pemerintah, dimana hal tersebut bahkan dapat menodai tauhid rububiyahnya. (Imam Ibnul Qayyim dalam Madaarijus Salikin)

Bagaimana mungkin seorang hamba mengadukan kepada makhluk hal yang bahkan makhluk itu sendiri tak memiliki kuasa atasnya seperti perkara rezeki sedang selama ini Allah lah yang memberinya makan dan kecukupan lainnya? dan jika semakin kita renungkan, maka akan kita dapati bahwa yang diadukan tadi adalah perkara yang telah Allah gariskan bahkan sebelum ia terlahir ke dunia (Hadits ke 4, Arba'in Nawawiyah, Riwayat Bukhari dan Muslim). Maka apa daya seorang makhluk atas rangkaian perjalanan hidupnya selain ikhtiar, do'a, dan tawakkal?

Dan pada mulanya ummat ini memang tersibukkan dengan hal yang sudah dijamin, sedang kita melalaikan akhirat kita yang masih dirahasiakan dari kita ilmu tentangnya.. dan inilah yang memiliki hak lebih besar untuk dibenahi.. karena kepemilikan akan dunia dan seisinya sudah pasti bukan hak manusia, dan dikaruniai(dipinjamkan) oleh Empunya dengan segelintir harta pun bukanlah parameter kemuliaan atau sebuah predikat yang butuh akan sanjungan... bahkan sebaliknya, Allah sendiri yang membantahnya.. yaitu ketika Allah mengingatkan hambaNya dengan firmanNya yang artinya,

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku."(15). Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"(16).

Sekali-kali tidak (demikian), ..." (QS. Al - Fajr : 15 - 17)

.. dan karena jika demikian tentunya Nabi kita shallallahu'alayhi wasallam, makhluk terbaik dan yang paling Allah cintai, telah dikalahkan kemuliaannya oleh Qarun yang kufur.. Apakah begitu?

.. atau jika memang kemajuan/kualitas suatu kaum dinilai dari perekonomian mereka, maka tentunya rasul kita telah gagal dalam membangun ummat ini menjadi ummat paling mulia di antara ummat lainnya.. Apakah demikian yang kita pahami??!

justru fitnah harta inilah yang paling ditakutkan oleh rasul kita menimpa kita..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)

dan Allah ta’ala berfirman,

{وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا يَعْلَمُونَ}

“…Padahal kemuliaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya dan milik orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahaminya” (QS Al Munaafiquun:8).

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)

Ya, memang bukan dunia.. dunia ini terlalu murah untuk dijadikan tolak ukur kemuliaan atau kecintaan yang Allah berikan pada suatu kaum. Akan tetapi Agamalah yang membuat seseorang terhormat di hadapan manusia dan juga Rabbnya..

Bagaimana pengamalannya akan syari'at meneranginya dalam tutur kata dan akhlaknya, bagaimana pemahamannya yang lurus menjaganya dari kesesatan, bagaimana pengetahuannya terhadap rububiyah Rabbnya membuatnya enggan meminta pada selainNya dan mennyekutukanNya, dan bagaimana pengenalannya terhadap sifat - sifat RabbNya yang membuatnya takut untuk berbuat keji meski ia sedang bersendiri dimanapun keberadaannya..

Dan tentunya kita tau, semua itu tidaklah didapat kecuali dengan ilmu. Karena sudah menjadi fitrah ilmu untuk menjaga, sedangkan harta dijaga.. Maka mana yang lebih menguntungkan bagi kita? Mana yang lebih berhak untuk kita berlelah lelah di atasnya?

Muraja'ah : Seminar "Rekonstruksi Identitas Islam di Era Post-Modernisasi", Ust. Dr. Ali Musri Semjan Putra, MA
Kajian "Beranjak dari Kemiskinan", Ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas

Kegelapan di dalam kegelapan (Mati Lampu)
Ruang Tengah, 24-03-2015, pukul 12:34

Bacaan terkait rezeki:
http://muslim.or.id/manhaj/mengembalikan-kejayaan-umat-islam.html
http://pengusahamuslim.com/misteri-rezeki-tanya-jawab-tentang-rezeki/#.VRA-cS7iMo4
http://muslim.or.id/aqidah/mengapa-mencari-rezeki-yang-haram-padahal-rezeki-telah-dijamin.html

teringat dengan the very quotenya ustadz Afifi dengan redaksi dari saya sendiri hehe

Karena rahmatNya, Allah berikan dunia ini kepada hambaNya yang Ia cintai dan yang tidak dicintaiNya, yang mengibadahiNya dan juga kepada orang-orang yang mengingkariNya

Namun dengan rahimNya, Allah berikan agama ini -hanya- kepada orang orang yang Ia cintai
Maka mana yang lebih berharga di sisi kita?

Comments

Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Komik berfaidah #4

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Jangan Nunggu Sempurna

Apa itu Tauqifiyah?

5 Video Podcast Paling Menginspirasi