Ironis

Ironis itu ketika orang orang mengenal cleopatra sebagai mother of beauty (padahal faktanya sarah istri nabi ibrahim adalah yang tercantik sepanjang zaman), atau istri pericles ibu athena, atau bunda theresa, tapi tidak mengenal siapa penghulu para wanita di surga, para ummahatul mu'minin, shahabiyah yang mulia, tidak mengenal ibu dan teladan mereka yang sesungguhnya.


Ironis juga ketika kita lebih terkesima dengan "prestasi" marie curie dalam bidang kimia, atau prestasi maria anne(mbakyunya mozart) dalam bermusik, atau marie kondo dengan "konmari" dan the spark joynya, atau mari mari lainnya yang bahkan terkadang itu belum sampai untuk dikatakan sebuah prestasi, sedang kita tak tau siapa sosok wanita yang membesarkan tokoh sebesar imam syafi'i, atau bagaimana perangai dan keshalihahan istri imam ahmad, atau bagaimana para teladan dari kalangan wanita bermanfaat, berkhidmat dan bersemangat dalam perkara agama mereka, entah itu segi ilmu, amal, dakwah, maupun akhlak. 


Lebih ironis lagi ketika orang2 mengambil teladan dari para aktris aktris centil dengan gaya hidup yang konsumtif dan penuh dengan keterbukaan.. Sibuk mengeksploitasi wajah, tubuh, lengkap dengan suara, hingga akhirnya terlalaikan dari mengenal dan meneladani panutan yang sebenarnya yang akan mengantarkan pada kebahagiaan dan keindahan yang hakiki lagi abadi, surgaNya. 


Perempuan2 di akhir zaman lebih paham bagaimana cara menghilangkan jerawat dan memutihkan kulit, daripada resep masuk surga. Mereka lebih pandai bersolek dan memadu padankan baju dan aksesoris dari pada berhias dengan akhlak mulia dan kecerdasan.


Padahal telah kita dengar kemuliaan sejarah para salaf, penuh dengan kemenangan, kejayaan, juga kebaikan lagi mubaarokan. Padahal telah kita persaksikan kecemburuan kita, kita ungkapkan angan angan kita, begitu inginnya mengulang kembali masa gemilang dan torehan prestasi para pendahulu kita. Dan seperti yang kita tau, deretan keberhasilan mereka juga tak lepas dari peran wanitanya.. Maka dengan apa kita akan kembali mulia jika bukan dengan mengamalkan perkara yang menjadi sebab kemuliaan kaum yang sebelumnya? 


Buku2 tentang shahabiyat/ibunda pendidik para orang shalih itu ga sebanyak buku2 tentang shahabat dan biografi para ulama dari kalangan laki2.. Jadi waktu yang diperlukan untuk mempelajari sejarah mereka pun tidak lebih lama dibandingkan mempelajari sejarah para laki2 mulia sejak zaman nabi hingga saat ini (meski yang nulis ini juga belum bisa kaya gitu TnT). Tapi kita lebih disibukkan dengan majalah2 kecantikan/fashion, atau novel2 dengan tokoh2 fiksi.


Semoga diberi taufiq dan kesempatan untuk membaca semuanya..aamiin


Fyi bukunya syaikh mahmud al mishri (2 kiri atas) bahasanya bagus, enak dibaca.. Yang paling kanan itu ringkas.. Yang bawah itu hanya kisah wanita yang dijamin surga tapi tidak terlalu ringkas dibanding yg paling kanan.


Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Hanya sebentar saja

Sajak Rindu

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Yonika

Tahapan Menuju Pernikahan yang Syar’i untuk para Jomblo