The science of Envy

Pengantar

Pagi tadi seorang sahabat saya PM tetiba bertanya soal penawar untuk penyakit 'ain, yakni gangguan/penyakit yang dialami seseorang disebabkan pandangan mata orang lain yang iri dan menginginkan kebaikan hilang dari orang yang didengkinya.

Kemudian kami bertemu selepas kajian dan melanjutkan obrolan di chat tadi. Teman saya sempat merasa tidak enak badan, suhu tubuh meningkat tanpa sebab yg diketahui, dan gejala lainnya sehingga dia curiga kalau dirinya terkena 'ain. Kami masih mengobrol hingga saya tergelitik dengan salah satu kalimat teman saya 

"...lagian kenapa harus dengki sama aku, padahal dia gatau sebelum nikmat yg kita dapat, apa yang udah diambil dari kita. Kan kasian orang yang didengki.."

Saya menghighlight "kenapa harus dengki?".. Saya jadi teringat dengan postingan yang pernah saya share "winning with giving" atau yang terkenal dengan kisah "petani jagung".

Those who choose to be at peace must help their neighbors to be at peace. Those who choose to live well must help others to live well, for the value of a life is measured by the lives it touches. And those who choose to be happy must help others to find happiness, for the welfare of each is bound up with the welfare of all.

Kalimat2 tersebut terinspirasi dari kisah petani jagung yang dimuat dalam bukunya James Bender, dan dia adalah non muslim... Intinya adalah, untuk menumbuhkan jagung berkualitas, seorang petani harus membantu kebun jagung rival/tetangganya untuk menumbuhkan bibit yang berkualitas pula karena penyerbukan silang yang dibutuhkan dalam proses tumbuhnya jagung.

Bayangkan jika seorang petani enggan membagi bibitnya karena dia tidak ingin jagung petani lain lebih unggul dari miliknya.. Tidak akan ada jagung unggul yang tumbuh dari kedua petani tersebut. Maka sangat masuk akal jika kita katakan "jika kita menginginkan lingkungan yang damai, maka sepatutnya kita membantu tetangga kita untuk meraih kedamaian pula, bukan sebaliknya". Karena bagaimana kita bisa tidur tenang kalau tetangga kita senantiasa berteriak adu mulut dengan pasangan atau anak2nya siang dan malam?.

Saya tercekat, bahkan non muslim saja sangat memahami nilai kehidupan yang berkelas tersebut.

Padahal topik hasad dan antithesisnya ini merupakan satu di antara ajaran2 islam yang paripurna. Bahkan pernah dibahas oleh ustadz aris pada kajian kitab fiqhul hasad jaman jebot di MPR sampai berbelas2 pertemuan... Dari definisinya, tingkatan2nya, contoh2 hasad dalam Al Qur’an dan yang terjadi di masa nabi, bahaya perilaku hasad, hukuman bagi orang yang hasad, obat untuk menghilangkan hasad, menolak hasad dari orang lain dari sisi orang yang dihasadi, dsb... Lengkaaaap...

Maka seorang muslim tentunya lebih berhak dan bersemangat untuk mengamalkan kaidah dan kebaikan2 yang tercakup didalamnya. Karena balasan yang disiapkan tidak terbatas pada kualitas jagung saja, tapi akan langgeng bahkan bisa membawa pelakunya mendapatkan tempat di surga.

Apakah kaidah2 tersebut? 

Semoga Allah memberikan taufiq kepada saya untuk melanjutkan tulisan ini hehehe...

Sebenernya lagi ngumpulin data untuk vantage point series... Tp ada keresahan yang lebih urgen ternyata..




Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mengalahkan Keutamaan Syahid

Ikhfa syafawi

الدعاء سلاح المؤمن

Kenapa Harus Tartil?

E-BOOK GRATIS - Taman Hikmah Ramadan

Apa itu Tauqifiyah?