Hate speech



"Hate Speech? Kalo iya kenapa? i do hate it. Memanglah saya benci. 

Kalo semua amar ma'ruf nahi munkar dikata hate speech, mau jadi apa lingkungan buat anak2 saya besok?" 

Jadi gini, 

Saya membenci perilaku membunuh sesama muslim atau non muslim yg non harbi sebagaimana sikap yang diajarkan agama saya. 

Saya membenci perilaku zina seperti agama saya juga membencinya. 

Saya membenci perilaku merokok sebagaimana agama saya telah mengharamkannya. 

Maka salahkah seseorang membenci dan menunjukkan kebenciannya terhadap perilaku seks yang abnormal (lagibete yg lagi viral) sebesar kebencian dirinya terhadap perbuatan inses, memperkosa, pelacuran, dan kawan kawannya sebagaimana agamanya memerintahkannya untuk membenci perilaku2 tersebut. 

Oh tapi mungkin ada yang salah paham.. Agama islam membenci perilaku2 yang menyimpang dari fitrah manusia, menyimpang dari tujuan ia diciptakan.. Tapi bukan tanpa sosialisasi dan edukasi sehingga menghasilkan kebencian yg membabi buta.. 

Almuroodu biqoulii.. Maksud saya, 
Agama tak lupa untuk mengajarkan bagaimana menyikapi para pelaku maksiat (apapun), mendakwahi/meluruskan/mengobati mereka (melalui berbagai sarana) , dan bahkan tak lupa untuk mendoakan pelakunya. Tapi yang pasti agama tidak mengajarkan untuk melegalkan any of those sins, bahkan hanya memberi fasilitas meski di hati mengingkari pun tidak. Dan bagi yang berakal sehat semestinya merasakan kesesuaian ajaran di atas dengan fitrahnya, dengan kemanusiaannya. 

Saya ada asma, gabisa deket2 asap rokok, tapi saya punya teman perokok yang sejurusan, ngerjain tugas bareng, seproyek, bahkan diskusi bareng terjadi tanpa saya harus bermuka dua di hadapannya, mereka mereka menghormati saya dan tidak merokok di dekat saya, dan saya pun mendoakan mereka agar bisa lepas dari candunya (karena edukasinya udah banyak ya, jadi gaperlu saya tagih2 suruh berenti kan tiap ketemu). 

Saya juga ada teman yang pernah berzina, dia sudah bertaubat, sudah menikah, saya tidak meninggalkannya, membullynya, atau mencercanya sekalipun saya begitu sedih dan mengingkari perilakunya di masa lalu.. Saya mendoakan dan mengharapkan kebaikan bagi hidupnya, mendatangi rumahnya sesekali, mengajaknya menghadiri kajian, dsb tanpa pernah menyinggung kesalahannya yang telah disesalinya. 

Bahkan bila saya -wal'iyaadzubillah- yang melakukan maksiat tersebut, tentu saya tidak senang didiskriminasi, dimarginalkan, ditinggalkan, dibully, dsb.. Tapi disisi lain tentu saya tau dimana letak kesalahan saya, saya akan terima hadits dan ayat yang melarang dan mencela perbuatan maksiat tersebut, apalagi kalo ditambah penjelasan ilmiah dan detail dari sisi agama, sosial, medis, dst tentang kekeliruan dari perbuatan saya.. Meski untuk "sembuh"nya dari maksiat td mungkin susah... Tapi poinnya bagaimana bisa saya mengelak dari kebenarannya sedang di jurusan saya satu semester dijejali mata kuliah kearifan lokal dan success skill, metopen, dsb.. Poinnya lagi, Salah dan benar itu kontras warnanya. 

Lantas sengeri apa "kebencian" kami kepada orang yang kami nasehati, wahai netijen? Ketika ada yang sedang mencegah kemunkaran malah dikatai "huu hate speech...", bukankah nasehat itu disampaikan atas dasar kepedulian bukan kedengkian? Bukankah tujuan dari nasehat tak lain adalah secercah kebaikan dan perbaikan? 

Kalah Telak http://alfawaaid.blogspot.com/2017/12/gagal-paham.html

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

الدعاء سلاح المؤمن

لا تغضب hold your anger

Hadits - hadits tentang dunia