Kalah Telak

  • Semua orang enggan tersalah. Senyata nyatanya kesalahannya, tetap saja berat untuk mengakuinya. 
    Semua orang enggan terlihat bodoh. Seterang apapun kebodohannya, tetap saja berat untuk tidak membela argumennya. 

  • Yang demikian sudah terjadi sejak masa silam, ketika rasulullah mulai diperintahkan untuk menyebarkan agama kebenaran di kalangan penyembah berhala yang memegang teguh budaya nenek moyang dan adat istiadat meski budaya tersebut menyelisihi fitrah mereka sebagai makhluk dan hamba, menyelisihi perintah dari Rabb alam semesta. 

  • "Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk(arah). 
  • Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. 
  • Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.
    Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (QS. An Nahl 16 : 15-21)

    Ketika rasulullah membacakan firman firmanNya agar mereka meninggalkan sesembahan sesembahan mereka dan kembali mengesakan Allah dalam peribadatan, mereka tidak terima, akan tetapi mereka tak pernah sanggup untuk membantah kebenaran yang ada bahwa Allah tak layak disekutukan, disandingkan, apalagi ditandingkan dengan berhala2 mereka yg tidak berdaya, tidak bisa memberi mashlahat dan madhorot kepada penyembahnya, dan bahkan membela dirinya sendiri pun tak bisa. Jadi, boro2 disembah, diangkat sebagi perantara antara dirinya dan Allah pun sungguh tidak layak. Namun Mereka tak mampu membalasnya dengan argumen2 yang ilmiah. Sehingga diantara bentuk pengelakan (gagal) mereka (secara bertingkat) dari;

    1. Mereka beristihza'/mengolok2 wahyu yang sampai kepada mereka. Dan ternyata pengikut Nabi justru bertambah
    2. Kemudian mereka mempermalukan atau beristihza' terhadap para pengikut agamaNya, bahkan di hadapan manusia/publik, agar tidak bertambah jumlah pengikut rasul (harapannya). Tapi justru semakin banyak yang mendapat hidayah
  • 3. Lantas mereka Menawarkan harta, tahta, dan wanita agar rasul mau menghentikan dakwahnya. Ups, nabi menolak mentah2.. Apa yang ada di sisiNya jauh lebih beliau cintai ketimbang dunia dan perhiasannya. 
  • 4. Akhirnya mereka mencoba memperdengarkan tandingan ketika ayat2 Allah dikumandangkan, dan diserukan, seperti "musik, nyanyi2an, cemoohan, dsb". Inilah salah satu sebab turunnya ayat 6 dari surat Luqman yang mengisyaratkan akan bathilnya musik dan nyanyian. 
  • Tapi ya yang namanya kebenaran itu memang sinarnya takkan redup, merdunya tiada tanding, pesonanya tak pernah sirna.. Semakin keras kita mencegahnya, sekeras itu pula ia menggoncang dan mendobrak penghalangnya. 
  • 5. Ketika semua jalan sudah ditempuh namun tak membuahkan hasil, justru pengikut kebenaran semakin bertambah, jadilah mereka mulai cara cara kekerasan, yakni dengan menyakiti rasulullah dan pengikut2 beliau dengan berbagai penyiksaan dan penghinaan lainnya... 

  • Segala macam cara mereka tempuh demi menghentikan dakwah rasul, demi mempertahankan berhala berhala dan kesyirikan2 mereka... Instead of melayani rasul dan para da'i beliau dengan debat ilmiah, menghadirkan argumen2 dengan logika yang semisal dan adab yang baik, dan selainnya. Maka sebuah logical fallacy atau yang kita kenal dengan istilah cacat logika itu bukanlah barang baru..

Asal muasal dan bentuk bentuknya selalu sama dari zaman ke zaman..  Semuanya merupakan manifestasi dari ketidak-berdayaan, kekalahan, dan keputus-asaan yang dikemas secara sempurna dengan kesombongan, enggan mengakui kesalahannya tadi. Padahal menolak kebenaran sudah merupakan celaan tersendiri terhadap akal manusia yang konon begitu luar biasa kemampuannya. Apalagi jika ditambah dengan pembenaran pembenaran yang tidak ilmiah, menyedihkan, dan begitu tampak memaksakan. Untuk apa? Harga diri yang sejatinya senantiasa faqir itukah? Ideologi yang sejatinya keliru itukah? Prinsip yang menyelisihi fitrah itukah? 

Ketika kebenaran itu tampak, terbit, terang benderang menyinari kita.. Kenapa begitu sulit untuk tunduk? Apakah tercela ketika seorang hamba dan makhluk menaati penciptanya sendiri? 

Semoga kita diberi petunjuk dan taufiq oleh Allah agar mudah menerima kebenaran, diberikan pemahaman yang baik dan kekuatan untuk menyambut hidayah dengan lapang dada. 

  • Faidah kajian sirah nabi, kitab ar rahiqul makhtum, oleh ustadz sulaiman rasyid.









Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

الدعاء سلاح المؤمن

Hadits - hadits tentang dunia

Apa itu Tauqifiyah?