Wahai engkau du'aat

Siapa yang bisa menjamin dirinya akan selamat dari fitnah syubhat/syahwat atau godaan untuk bermaksiat?

Siapa yang tak patah hati, siapa yang tak hancur hatinya jika diperlihatkan dengan seorang yang kita kenal ternyata sedang futur, atau ia sedang bermaksiat terang terangan di hadapan kita.
Ketika seseorang/sahabat kita berbuat dosa, jika ia memang sahabat kita maka yang dibutuhkan adalah nasihat (secara privat, dengan lembut), bukan dihakimi bukan dibully. 

Amar ma'ruf nahi munkar itu sudah ada tuntunannya, sudah banyak contohnya, para teladan dari kalangan sahabat dan ulama sudah lebih dulu melakukannya.  Dan mereka sukses, mereka menduduki predikat sebaik baik umat, sebaik baik da'i.

Jadi bohong kalau belum-belum kita sudah beralasan, (belum menasehati secara privat, belum menasehati dengan lembut, menasehati baru sekali dua kali, belum mendoakan, belum melakukan banyak hal) kita justru mencela/nyinyir/menyindir para pelaku dosa apalagi di publik seperti sosial media dan semisalnya, lebih lebih ternyata ia adalah teman kita. 

Bisa jadi awalnya kita hanya disclaim atas perbuatannya. Bisa jadi kita hanya tak mau terkena imbas dari perbuatannya. Atau bisa jadi kita hanya malu memiliki teman yg terang2an berbuat dosa. Namun lama2 bisa saja kita jadi merasa 'ujub dengan dosa yang diperbuatnya. Kita "menasehati" di muka umum dan mengangkat contoh besar besar nama dan kesalahan orang yang kita sebut teman tadi.. Yang hakikatnya kita sedang menjatuhkan dirinya. Seakan akan berkata "aku tidaklah demikian".
Tak lupa dengan dalih "dia mah sombong, ga mau nerima kebenaran, jadi saya terpaksa ".. Atau "saya sudah bosan nasehati dia, tapi tetap saja tidak ada perubahan.." dan bermacam jurus ngeles lainnya.

Dakwah, nasehat, nahi munkar itu bertujuan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Hal ini berarti kita menginginkan kebaikan bagi orang yg dinasehati. Maka bagaimana seseorang akan merasakan harapan dan kebaikan Anda bila caranya dengan membeberkan kesalahannya di muka umum? Belum-belum kita sudah berdalih dengan "bosan", "dia ngeyel", "sudah tidak ada cara lain", dan semisalnya... Lebih-lebih lagi kalau kita sampai membencinya sepenuhnya (yang seharusnya benci saja kepada perbuatan dosa/kesalahan yang dibuatnya), dan merasa bahwa dia sudah sulit untuk diluruskan/dapat hidayah. 

Padahal bahkan tak pernah kita sebut namanya dalam doa kita di antara adzan dan iqomah. Atau ketika di akhir solat sebelum salam. Atau ketika hujan deras. Atau ketika berbuka puasa. Apalagi di sepertiga malam terakhir...

Dan kita dengan percaya diri bilang "saya sudah kehabisan cara". 

Inilah dampaknya ketika kita lalai, lupa, atau bahkan tidak mengetahui bahwa di antara syarat nahi munkar yang pernah disampaikan oleh Syaikhul Islam, Imam Sufyan Ats Tsaauri, bahwa bukan hanya sekedar memiliki ilmu (tentang perkara yang didakwahi) dan hilmu (cara menyampaikan, hikmah dalam sikap, dsb.) dalam memberikan nasehat. Tetapi juga memiliki kesabaran.

Bersabarlah wahai du'aat...

Kalau memang ini untuk kebaikannya, kalau memang untuk kebaikan dakwah, tentunya kita mau dan akan bersabar sebagaimana kita bersabar dalam beramal dan meraih pahala bagi diri kita sendiri, dalam mendoakan kebaikan bagi kita sendiri. Tahan jari jari dan lisan kita dari mencela dan menyebarkan kesalahan saudara-saudara kita. Jangan bosan mendoakan diri kita dan saudara-saudara kita. 

Dalam berbuat dosa, semua orang punya peluang yang sama, perkaranya ketika dosa tersebut Allah tutup rapat2 bagi kita atau Allah umbar dihadapan hamba2Nya. Maka bayangkan jika kita berada di posisi pelaku dosa.

Hidayah taufiq adalah milik dan hak Allah saja untuk memberikannya. Tugas kita ialah menyampaikan, mengingatkan tanpa bosan, berdoa kebaikan, meluruskan niatan, dan senantiasa menasehati  diri kepada kesabaran.

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)

'Katakanlah "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'  (Az-Zumar:10).

Maka apa alasanmu untuk tidak bersabar?
____

Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

Jangan Nunggu Sempurna

Apa itu Tauqifiyah?

5 Video Podcast Paling Menginspirasi