Snacking

Snack.
Ibarat MSG, buku2 non fiksi yang sifatnya sejarah, bibliografi, atau perjalanan filofofis itu gurih dan legit -kaya; the geography of bliss, when breath becomes air, bencana sekolah, dsb-. 

Ibarat kafein, lumayanlah untuk daya ingat (dalam kasus ini, wawasan) jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit.. Tapi dikhawatirkan madhorotnya lebih besar dari manfaatnya kalau dikonsumsi secara berlebihan. 

Karena kebutuhan terhadap nutrisi yang ada pada buku2 sirah para anbiya dan salafush shalih pengikut mereka itu jauh lebih banyak dan lebih pokok dibanding cemilan yang demikian.

Tapi siapa bisa menafikan lezatnya pengetahuan, meski seremeh temeh biston betularia putih yang punah disinyalir dampak dari revolusi industri?(dapet dari bacaan pas SMP, terngiang2 sampe kuliah)

Akan tetapi... 
Harus selektif juga dalam memilih 'snack',
- sesuai genrenya (kamu suka rasanya, kalo dari awal ga doyan masakan jepang ya belinya nasi uduk bukan sushi/onigiri),
- jangan yang banyak syubhatnya (kalo dah tau lagi batuk ya jangan konsumsi yang bikin parah batuknya alias kenali diri sendiri, pantangan2, alergi/penyakit, apa yang bisa ditolerir dan tidakn dsb),
- bikin perjanjian dengan diri sendiri alias kompromi di awal soal bilamana pengonsumsiannya, biar tidak melampaui batas..

Untuk itulah fungsinya review dan testimoni. Karena ga semua snack itu baik untuk semua lidah. Dan karena kita gabisa menilai secara pasti hanya dengan melihat dari bungkus snack (jangan2 sampah semua, atau bisa jadi lumayan rasanya) kecuali dengan mencicipinya atau dengan mencari tau ingredientsnya. Pembuat snacknya juga perlu diketahui terkadang, sampai pengetahuan tentang reputasi perusahaan yang memproduksi snacknya juga boleh sedikit dicari tahu.

Jadi biar ga asal ngejudge suatu tulisan itu sampah total (dari judulnya aja misal), karena bakal bikin sakit hati penulisnya, menghina jerih payahnya (nulis itu ga mudah), hattaa ataanal yaqiin.. Unless kalo itu bener2 sampah contohnya snack seperti 'rokok' (para perokok bahkan ada yg menganggap ini konsumsi pokok), dan semisalnya yang bahkan ga perlu dicari tau pabrikannya, semua sepakat akan kesampahan rokok. Maka yang kaya gini emang ga layak meski sekedar dicicipi.

oya pehatikan juga kepada siapa kita mencari testimoni, jangan jangan indera pengecap si reviewer sedang bermasalah atau kemungkinan lainnya (misal testimoninya sukino penulis buku paket matematika kamu minta untuk mencari tau buku kedokteran, yakan lucu). jadi harus agak kenal juga sama reviewernya.

jadi itu kira2 awal mula munculnya buku2 beginian di rak saya. Sounds like pseudoscience emang, gada yang pasti.. banyak approaches yang dilakukan.. karena ini bukan cuma soal duit yang terbuang gegara buku ga mutu, tapi juga waktu yang berharga, dan juga usaha dalam menjaga diri dari fitnah syubhat. jadi pada akhirnya serahkan segala urusan kita pada Rabb yang tahu segalanya.. wasta'in billah. banyak2 berdoa

bersyukurlah yang bisa mencukupkan diri dengan makanan penuh gizi dan tidak berminat snacking. sehat dan risk-less. Aku mah apa da.. Tapi tetep berharap bisa kea gitu. 
Sekian.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Komik berfaidah #4

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Apa itu Tauqifiyah?

5 Video Podcast Paling Menginspirasi

Tips Manajemen Waktu