Buih

[Buih]
Laut tampak gagah dengan gelombang. Layaknya prajurit yang siap menerjang apa - apa yang menghalanginya di atas panggung peperangan.
Laut tampak ganas dengan ombak. Sekali hempasan, musuh - musuh yang ada di hadapan habis disapunya.
Ombak dan gelombanglah yang membuka jalan bagi samudra luas yang mengiringi di belakangnya hingga bersua dengan daratan. Bukanlah buih yang ada di permukaannya.
Di antara sifat buih yakni
- Tidak bernilai/berkualitas. Bahkan sampah seember lebih berharga disisi pemulung dibandingkan buih sekolam.
- Tidak mampu menentukan arahnya sendiri, justru terombang ambing dan mengalir kemana pun angin berhembus.
- Tidak meninggalkan jejak. Bahkan hembusan angin yang lembut mampu menerbangkan butiran debu atau helaian daun.
Demikianlah keadaan kaum muslimin dimasa kita. Layaknya buih di lautan. Jumlah kita yang banyak tak sedikit pun menggentarkan musuh musuh islam, Agama yang mulia tak kita manfaatkan untuk 'memuliakan' diri kita di hadapan mereka dan justru kini banyak orang merasa malu menampakkan syiar islam meski hanya mengucapkan salam di muka umum, usaha yang kita kerahkan bertahun-tahun bahkan tak mampu -hanya- menyamai dakwahnya Abu dzarr yang dalam hitungan jam dan hari kepada kaumnya hingga mereka masuk islam. Sehingga kita dapati kondisi umat yang terpuruk. Bukan dalam ekonominya, bukan pula politiknya, dan berbagai tetek bengek dunia yang selama ini kita jadikan standar penilaian. Namun terpuruk kehormatannya.
Keadaan seperti ini, sesungguhnya telah diberitakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa yang mendasari semuanya adalah karena ummat ini telah digerogoti penyakit yang membinasakan, yakni Al Wahn,
Dari Tsauban, dia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Hampir-hampir bangsa-bangsa (kafir) saling mengajak untuk memerangi kamu, sebagaimana orang-orang yang akan makan saling mengajak menuju piring besar mereka", Seorang sahabat bertanya: "Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu?" Beliau menjawab: "Tidak, bahkan pada hari itu kamu banyak, tetapi kamu buih (sampah), seperti buih (sampah) banjir. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar (takut) dari dada (hati) musuhmu terhadap kamu. Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kamu," Seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?" Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Cinta dunia dan takut menghadapi kematian". ( HR Abu Dawud, no. 4297; Ahmad (5/278); Abu Nu'aim di dalam Hilyatul-Auliya' (1/182). Hadits shahih lighairihi.)
Tentang hadits ini, Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilali -hafizhahullah- menjelaskan kandungan hadits yang mulia ini: "Bahwa umat Islam telah menjadikan dunia sebagai keinginannya terbesar dan sebagai puncak ilmunya. Oleh karena itu, merekapun membenci kematian dan mencintai kehidupan, karena mereka membangun dunia, tetapi tidak berbekal untuk akhirat". (Limadza Ikhtartu Manhajas-Salafi, hlm. 11.)
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda.
"Artinya : JIka telah ditaklukan untuk kalian Persia dan Romawi, bagaimanakah keadaan kalian ? Berkata Abdurrahman bin Auf : 'Kami melakukan apa yang Allah perintahkan' Beliau berkata : 'Tidak seperti itu, kalian akan berlomba-lomba kemudian saling behasad, kemudian saling membenci lalu saling bermusuhan, kemudian kalian berangkat ke tempat-tempat tinggal kaum Muhajirin dan kalian menjadikan sebagian mereka membunuh sebagian yang lain" [Hadits Riwayat Muslim (2961)]
Mengetahui sebab tersebut, maka sudah semestinya kita mulai menempatkan dunia pada kedudukan yang seharusnya hingga kejayaan ummat yang lalu kembali ke tangan kaum muslimin saat ini.
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan kemuliaan (yang sebenarnya) itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya dan milik orang-orang yang beriman, akan tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (Qs. al-Munaafiqun: 8)
Dalam ucapannya yang terkenal Umar bin Khattab radhiallahu’anhu berkata, “Dulunya kita adalah kaum yang paling hina, kemudian Allah memuliakan kita dengan agama Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan selain agama Islam ini, pasti Allah akan menjadikan kita hina dan rendah.”( Riwayat Al Hakim dalam “Al Mustadrak” (1/130), dinyatakan shahih oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi)
Faidah Kajian "Mengahadapi Fitnah Akhir Zaman" bersama Ust. Dr. Ali Musri Semjan Putra, MA.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Komik berfaidah #4

Jangan Nunggu Sempurna

Apa itu Tauqifiyah?

5 Video Podcast Paling Menginspirasi