Umur kita begitu singkat
Aku menulis sembari membendung tangis. Berkelebat kenangan bermunculan di kepalaku. Menyadari bahwa aku kehilangan banyak sosok orang-orang baik akhir-akhir ini. Salah satunya, ayah dari sahabatku. Kepada orang-orang yang kutemui, beberapa kali aku membanggakan ayah dari temanku itu. Kugambarkan sosoknya yang lembut dan hangat -yang ketika beliau melontarkan kata-kata, aku pasti seketika memperhatikan dan menghargainya. Kupamerkan betapa beliau adalah seorang Ayah, pendengar, sekaligus pencerita yang baik. Kuingat selalu perbincanganku dan temanku di kamar kosnya waktu itu. Tampak nyata di benakku mata temanku yang berbinar tiap kali ia merindukan dan menceritakan tentang sosok ayahnya. Kuhafal dan kuimpikan citra ayahnya agar aku kelak dapat meneladani kebaikan beliau. Padahal aku bahkan belum pernah berjumpa dengan beliau sekalipun. Tak heran, dari buaian ayahnya, tumbuh seorang gadis yang begitu kukagumi, ialah sahabatku. Aku bahkan tak pernah ragu mengungkapkan betapa aku meng...