Musim Ibadah Belum Usai
Aku ingat dosen favoritku pernah berceletuk "Mbak, mahasiswa itu penelitian 90%, 10%nya menulis. Tapi reviewer itu tidak menyaksikan kita bereksperimen. Mereka ga tau kesusahan dan kendala kita selama penelitian. Mereka hanya melihat hasil dari yang kita tulis. Jadi hargailah usaha kita yang 90% dengan menulis sebaik-baiknya."
.
Dari pesan beliau kita dapat menyimpulkan bahwa akhir suatu upaya (apapun itu) merupakan momen kritis. Momen yang paling penting dan menuntukan namun kerap kali terlalaikan. Bayangkan energi kita mulai menipis, waktu yang tersedia pun mulai berkurang, sementara agenda pencapaian itu belum usai. Di sisi lain muncul godaan "aku udah penelitian sungguh2 kok, selo aja nulis sekenanya, Allah tau usahaku riset"..
.
Seperti Ramadan tahun ini.. angan angan kita begitu panjang, ingin khatam berkali-kali, ingin sedekah sebanyak-banyaknya, ingin memanfaatkan setiap momen di rumah aja untuk ibadah sebaik-baiknya.. tapi nyatanya?
Motivasi mulai kendur, syawwal sudah di pelupuk mata, sementara target banyak yang terbengkalai. Di sisi lain muncul godaan "awal ramadan tilawahku udah lumayan kok, dapet lah 20 juz. Shalat teraweh juga full terus. Sesekali sholat malem, sedekah juga udah.. gapapa lah sekarang ngurangin tempo, solat sekuatnya, ngaji sedapetnya aja, duit juga udah berkurang, daripada sedekah mending buat lebaran, toh Allah tau niat baikku di awal"..
Padahal nabi kita mengajarkan untuk memperhatikan amalan terlebih di bagian penutupnya. .
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
.
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Hadits di atas dapat menjadi pecut bagi kita yang mulai melemah dalam semangat beramal. Pun bagi yang kemarin merasa tertinggal, yang baru menyadari keutamaan bulan Ramadan, yang shalatnya sempat terputus karena haid, yang baru berhijrah dan mendapatkan hidayah, hadits di atas merupakan hiburan bagi kita semua, bahwa masa lalu bukanlah hakim bagi masa depan kita.. sebetapa buruknya amalan kita di masa lalu, tetap saja tidak menutup kemungkinan Allah memberikan taufiqNya pada kita sehingga kita sanggup memperbaiki diri kita, dan menutup amalan kita dengan ibadah yang dicintaiNya.
Maka, mari kita kembali ke jalur masing-masing.. persiapkan akhir yang baik untuk setiap usaha kita. Hargai ibadah kita di tahun-tahun sebelumnya dan di 2/3 awal Ramadan yang telah lalu dengan beribadah sebaik-baiknya di hari hari ini hingga akhir hayat nanti..
.
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr : 99)
Comments
Post a Comment