Masalahnya ketika kamu kaya
Banyak orang kalo dikasih pilihan antara jadi orang miskin yang bersabar dan orang kaya yang bersyukur, mereka pilih yang kedua.
Realitanya ketika seseorang sudah diberi segalanya oleh Allah, ia lupa diri. Lupa kalau ia cuma diberi. Lupa mensyukuri.
وَهُوَ الَّذِي أَنشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ} [المؤمنون : 78]
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
{..وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ} [سبإ : 13]
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.
Yang dia ingat semua nikmat yg didapatkan semata-mata hasil jerih payahnya. Yang dia rasa, dia layak dan wajar untuk mendapatkannya, Allah-lah yang wajib membalas jasa-jasanya ketika dia memohon-mohon berdoa ditambah ikhtiar dan berusaha.
Padahal semua nikmat itu murni dari Allah.
{وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ..} [النحل : 53]
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya) (An-Nahl : 53)
Sehingga lebih banyak orang yang lolos ketika diuji dengan kesusahan dibandingkan dengan kenikmatan.
Dari Harits bin Wahb radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia berkata,
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli surga itu? Mereka itu adalah setiap orang yang lemah (dari segi dunianya, -syarah Muslim oleh Imam An Nawawi) dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli neraka itu? Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong” (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853)
Lho apa masalahnya menjadi orang kaya? Masalah sebagian orang ketika mereka mendapatkan nikmat, mereka menjadi pelit, tamak, bahkan sombong. Persis deskripsi hadits tadi.
Tapi bukan berarti semua orang kaya itu gatau diuntung alias tidak pandai bersyukur. Banyak sahabat nabi yang bahkan sudah dijanjikan surga oleh Allah jauh-jauh hari, dan mereka adalah orang-orang yang kaya raya. Abu Bakr, Abdurrahman bin 'Auf, Utsman bin 'Affan, dst, mereka terkenal dengan kekayaan, kedermawanan, ketawadhu-an, dan ketakwaan mereka.
Lantas, bagaimana cara kita mensyukuri nikmat yang sudah kita terima sehingga dapat menjadi seperti sahabat-sahabat Nabi yang mulia tadi?
Bersambung...