Betapa Lemahnya Kita
Suatu hari di perjalanan pulang ke rumah, kaca helm kubiarkan terbuka, dan aku berkendara dengan kecepatan merenung. Tidak lambat, tak pula ngebut. Sekonyong-konyong seekor serangga kecil terbang melewati pertahanan anti radiasi dari kacamataku dan mendarat tepat di permukaan kornea. Aku mengerjap-ngerjapkan mata karena kelilipan. Dasar insekta! Dia pikir dia itu apa? Umpatku ketika mengingat kejadian ganjil tersebut.
Kenapa ganjil? Sepanjang jalan aku merenungkannya. Jalan selebar itu, serangga semini itu, mata semungil ini, kacamata yang melindungi... Dan aku masih kelilipan! Insekta melilip mata tanpa pandang bulu. Orang kaya, orang miskin, lulusan sarjana, anak teka, pemuda kuat, sesepuh lemah, mereka semua tak pernah bisa mengelak kala kelilipan memang jadi suratan.
Betapa tidak berdayanya kita. Dimana manfaat harta, tahta, kecerdasan, dan ketangkasan itu? Lawan serangga tersesat saja kalah.
Padahal kalau kita iseng berhitung...(dengan asumsi seperti pada gambar) Di axis X atau sumbu horizontal saja, bisa ada 2998 kemungkinan koordinat serangga, itu pun dalam milimeter.. Dalam mikrometer? Sekitar 2997001 kemungkinan koordinat. Belum menghitung peluang posisi serangga pada sumbu vertikal... Belum dikalikan lagi dengan kemungkinan posisi mataku; melek, atau merem. Belum lagi variabel2 lainnya! Akan sekecil apa perbandingan kejadiannya? Intinya peluang sebuah peristiwa kelilipan itu sangat kecil! Sama kecilnya dengan peluang nobita dapat seratus di ujian matematika tanpa bantuan kantong teleportasi quantum doraemon (karena sains ga mengenal term ajaib yes hehe).
Secerdas apapun nalar manusia akan tetap jadi pecundang kala dia tak mampu menghindar dari kelilipan.
Betapa lemahnya kita
Konon ini model jagad raya yang terukur, selebihnya wallaahu a'alam. Diameternya 93 miliar tahun cahaya, sekitar 27900000000000000 km (baru diameter aja).
...
Dan di luar angkasa seluas ini, secara invasif generasi generasi kuman memilih untuk mendirikan kerajaan di atas kulit manusia (ada yg ga mati hanya dengan sabun ya gaes), ibu tungau menyusui anaknya di rambut alis atau ketiak homo sapiens, dan kutu kutu meneruskan keturunan diatas kepala anak cucu adam. Dunia seluas ini... Ada banyak ruang untuk ditinggali.. Kok bisa badan manusia yang jadi ekosistemnya?
Dari ras Nabi Nuh, sampe trah mbah rejo (ga ngerti ki sopo), dari sekian miliar manusia yang tinggal di atas daratan yang sama, ayah ibumu tak bisa mengelak untuk bertemu. Dengan segala kemungkinan hibrida yang ada, lahirlah kamu dengan segenap warisan genetika. Dunia seluas ini, kenapa kamu ga bisa memilih jadi anak walt disney atau mungkin jadi anak nabi?
Semakin terang benderanglah ketidakberdayaan manusia. Saking ga berdayanya, kamu ga bisa request gradien hidung dan warna kulit ketika akan dilahirkan. Saking ga berdayanya, kamu gabisa mencegah kuman itu untuk berkembang biak di badanmu, padahal mereka tampak kecil dan sepele.
Tapi herannya masih banyak orang yg baru punya kelebihan seiprit, ngerasa kerennya selangit. Seolah2 olah olah olah begitulah wkwkwk.