Minta

Hari ini saya membaca surat cinta terpanjang dan terindah yang pernah ditulis untuk saya (dari sahabat saya).

Lantas saya termenung.. Siapa saya?

Berapa hari ini sudah lebih dari 5 orang memotivasi saya untuk semangat makan.. Duhai manisnyaa..

Saya kembali tertegun.. Siapa saya?

Saya terlahir dari sepercik mani yang tidak berharga. Saya lahir ke dunia tidak membawa bingkisan apa2. Saya pun hidup dengan banyak "menerima". Saya tak punya kontribusi apa pun dalam hidup mereka para sahabat saya. Kadang saya merasa layakkah seorang saya mendapatkannya?

Atau coba dengan sudut pandang lainnya.

Kita tau yang namanya ketulusan itu bertingkat2. Jika setiap tingkatan dihargai lima ribu rupiah saja.. Maka jika segala jenis kebaikan atau pemberian yang pernah saya terima harus dikalikan dengan Rp 5000 dan dikali lagi dengan nilai level ketulusan yang memberikannya.. Saya harus punya berapa juta dulu hanya untuk memiliki seorang teman, yang memulai harinya dengan ucapan salam (ini doa kebaikan) untuk saya, kemudian menanyakan kabar saya, bermain dengan saya, menasihati saya, dan semua bentuk kebaikan yang ingin saya alami sepanjang hari?
Itu baru harga ketulusan.. 

Bagaimana lagi dengan harga dari waktu yang seorang teman korbankan untuk saya? Setiap detik miliknya itu sangatlah berharga, tidak bisa kembali padanya meski saya menginginkannya. Meski saya rela membayar agar waktu tersebut kembali pun saya tidak akan pernah bisa mengembalikan semua waktu yang ia habiskan bersama saya.

Padahal faktanya saya punya lebih dari satu orang teman, dan... Tanpa harus berpura2 atau menjadi siapapun selain diri saya, tanpa harus punya prestasi selangit, tanpa harus menjual organ tubuh saya, bahkan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun...

Maka saya teringat dengan suatu masa ketika saya meminta "Rabbi, anugerahiku dengan teman-teman yang baik"

Dan kalian bisa jadi saksi bagaimana masifnya pengabulan Allah...

Itu baru soal pertemanan..

Bagaimana jika kita menguraikan nikmat2 Allah dalam bejuta aspek kehidupan lainnya?

Tanpa Allah.. Kita bisa apa?

Kenapa masih suka malas berdoa?


Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Hanya sebentar saja

Sajak Rindu

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Yonika

Tahapan Menuju Pernikahan yang Syar’i untuk para Jomblo