Malulah pada tempatnya

Kenapa malu?

Di beberapa kesempatan belajar tahsin dalam kelompok saya suka menemukan teman yang suka merasa malu.. Terutama saat disuruh praktek.. Saya pun begitu awalnya..

Tapi saya baru menyadarinya belakangan.. Kenapa malu? Ketika berada di kelompok tahsin, semua datang dengan kesiapan untuk belajar.. Mendengarkan gurunya, mencatat, menyimak koreksi untuk temannya, dan menerima koreksi juga. Iya. teman di kiri dan di kanan itu datang untuk belajar juga. Itu berarti kesempatan untuk memanfaatkan atmosfer "belajar" sebaik mungkin. Justru di kelompok itulah saat saat yang bebas dari embarrassment untuk berteriak, untuk melakukan kesalahan, untuk mangap, meringis dan mencucu tanpa mengundang tawa.. Kiri dan kanan akan memakluminya "oh ya kan kita disini belajar, wajar kalo salah".

Kalaupun..kalau nih ya..  Kalaupun kiri dan kanan akan ngetawain kita.. Apa madhorot yang kita dapat? Suara langsung serak kah? Bibir mendadak jadi sumbing kah? Jawabannya pasti ega wkwk.

Jadi ketika kamu nih bilang misalnya "PR aja ya mba, nanti di rumah aku praktekin dan aku ulang2" karena pas di kelompok itu kamu ngerasa malu banget atau takut membuat kesalahan... Apakah itu berarti jaminan kalau dirumah kamu gakan "diketawain" juga oleh adik misalnya, atau tetangga misalnya, dsb? Apakah itu berarti jaminan bahwa praktek di rumah itu pasti benar 100% hasilnya?

Terakhir saya mempraktekkan teori tersebut, saya baca dirumah selepas2nya, rada teriak, dan bokap nyokap nyeletuk "apa sih ngaji keras2 kaya gitu. Caper banget". gubrak. Mana gada yang ngoreksi, mana bacaannya ga bener juga, eh tambah nyinyiran ortu sendiri..

Lagian kenapa harus malu?

Betapa banyak di luar sana ga muda ga tua, ga ikhwan ga akhwat teriak teriak demo di pinggir jalan. Ga malu.

Atau betapa banyak orang2 sok keren di alun2, di pinggir jalan, di mol, dsb pake headphone kepala goyang2, bersenandung, nyanyi nyanyi keras keras padahal suaranya fals.. Ada pulak tuh yg sok inggris padahal pronunciationnya juga ga karuan.. Pede mereka.

Kenapa malu? Padahal semakin keluar suaranya, semakin mudah guru mengoreksi kesalahan kita. Kenapa malu? Padahal setiap bait ayat yang kita perdengarkan dibalas kebaikan oleh Allah per hurufnya. Kenapa malu? Ketika kita menyadari al ajru ma'al masyaqqah (balasan itu senilai dengan kepayahannya). Kenapa malu?


Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Mad Badal - Meringankan Syiddah

لا تغضب hold your anger

Hadits - hadits tentang dunia

Komik berfaidah #4

Apa itu Tauqifiyah?