You are the one
Imagine : kamu sangat excited dengan rencana jalan2mu dengan teman, tiba2 dua batalin sepihak tiba2. Atau kamu dimintai tolong orang lain sampe bela2in menunda pekerjaanmu sendiri, kerjaannya rada ribet, eh serampungnya bantuin dia, kamu ga diapresiasi sedikit pun, bilang makasih aja ega, bahkan kalo ketemu lama setelah hari itu dia nyapa kamu aja ega. Apa perasaanmu?
Atau... Kamu suka kesel ga sama satu orang tertentu atau beberapa orang? Atau apakah kamu tipe orang yang moody? Kamu cenderung mudah tersulut emosi atau merasa kecewa kepada orang lain? Orang lain sering tampak salah di mata kamu? Atau kamu hobi nyinyir mungkin? Gausah dikomen, jawab aja dalam hati.
Di dunia ini ada orang orang yang demikian, bahkan meski kamu bukan orang yang labil pun, kamu pasti pernah merasakan atau mengalami momen2 di atas. Jika demikian maka kamu perlu waspada. Bisa jadi kamu sedang menyandarkan kebahagiaanmu kepada orang tertentu tersebut, atau kepada orang lain secara umum.
Atau... Kamu suka kesel ga sama satu orang tertentu atau beberapa orang? Atau apakah kamu tipe orang yang moody? Kamu cenderung mudah tersulut emosi atau merasa kecewa kepada orang lain? Orang lain sering tampak salah di mata kamu? Atau kamu hobi nyinyir mungkin? Gausah dikomen, jawab aja dalam hati.
Di dunia ini ada orang orang yang demikian, bahkan meski kamu bukan orang yang labil pun, kamu pasti pernah merasakan atau mengalami momen2 di atas. Jika demikian maka kamu perlu waspada. Bisa jadi kamu sedang menyandarkan kebahagiaanmu kepada orang tertentu tersebut, atau kepada orang lain secara umum.
Bayangkan ketika orang lain menyikapi atau meladenimu di luar ekspektasi, atau ketika keinginanmu tidak terpenuhi oleh orang2 terdekatmu, lantas dengan mudah hitunganmu akan berkat dan nikmat yang telah kau miliki tiba tiba terhenti (dunia serasa runtuh dan tidak lagi berpihak padamu, engkau lalai dari bersyukur). Kau terlanjur dibuat kecewa. Seketika kau menampik kesalahan2mu di masa lampau terhadap orang tsb, dan melupakan kesabaran orang tsb dalam bergaul denganmu selama ini. Kau pun memutuskan untuk "bercerai".
Baiklah, satu dua orang masih belum ada artinya. Tapi bagaimana jika itu kerap terjadi? Maka 'malaikat' mana yang akan kau jadikan teman atau yang mau berteman denganmu?
Atau bayangkan jika itu terjadi dalam rumah tangga. Apakah lantas kamu akan bergonta ganti pasangan? Apakah nuansa pernikahan yang baru pasti akan membahagiakanmu?
Perlu diingat, sebagaimana hidayah, kebahagiaan merupakan sebuah pemberian, anugerah, atau nikmat dari Allah bagi siapa saja yang dikehendakiNya. Ketika Allah berfirman
“tetapi Allāh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya,.. ” (QS Al Qashash: 56).
Allah juga berfirman
"dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan" (An-Najm 53:43 & 44).
(Dan bahwasanya Dia-lah yang membuat orang tertawa) yang menjadikan gembira siapa yang dikehendaki-Nya (dan menangis) yang menjadikan sedih siapa yang dikehendaki-Nya. (Tafsir Al-Jalalain, An-Najm 53:43)
Lantas sejenak kira renungkan. Ketika kehidupan dan kematian saja dipergilirkan menurut kehendakNya, apatah lagi sekedar bahagia dan sengsara yang ada di dalam dada makhlukNya. Maka layakkah kita menyandarkannya kepada selainNya? Kepada sesama manusia yg juga butuh taufikNya, atau kepada jabatan, kecantikan, dan segenap perbendaharaan dunia yang fana atau sementara, atau kepada segelintir benda benda yang hina?
***
"bahagia itu kamu yang usahakan untuk dirimu sendiri. Jangan menyandarkan kebahagiaanmu kepada pasangan. Kamu gakan pernah bahagia kalo gitu. Karena cobaan dalam pernikahan tu pasti ada, kamu gabisa menuntut orang lain yang (melulu) mengalah."
Itu cuplikan kata kata mama yang melayang di udara, beradu dengan alunan suara mesin jahit yang sedang beroperasi, ketika ia bercerita tentang pahit dan getirnya kehidupan rumah tangga. Ya benar adanya.. Sebagaimana masalah yang kamu alami sendiri, kamu gabisa menuntut orang lain yg menyelesaikannya untuk dirimu. "if you don't do it yourself, don't expect others would do it for you". Ga adil juga kan? Wong hatimu, kamu doang yang merasakan, masa minta orang yang bahagiakan.
Segenre dengan "Jangan mau jadi orang yang selalu hanya menerima, tapi jadilah orang yang selalu memberi".
Nasehat tante yang membekas karena tante tak hanya berkoar koar dengan lisannya, tapi juga memberi teladan dari keadaannya, yang pake pacemaker jantung, yang juga kena cervical radiculopathy tapi masih ringan tangan membantu sana sini, jadi tempat konsultasi perawat dan dokter tanpa pandang malam atau pagi, begadang atau lupa istirahat karena jadi admin utk mamak mamak peserta kuliah jarak jauh dari riyadh secara pro bono, belum kebaikan kebaikan yang tersembunyi lainnya.
Maka kita bisa simpulkan sendiri, tak hanya sekedar ingat tapi berusaha untuk menjadikannya prinsip apalagi ketika momen momen "menyebalkan" itu terjadi. It has never been other's responsibility to make you happy. Not your spouse's, your best friend's, not even your parent's! It's always been ours.
So obey Allah, ask Him for forgiveness, and ask Him to make you happy, in this world and in the hereafter.
Kututup dengan kata kata will smith yang kuambil dari salah satu highlighted snapgramnya soal "happiness" dari hasil refleksi istrinya jada.
"the biggest revelation that she had about love, she said that 'you cannot make a person happy. You can make a person smile, you can make a person feel good, you can make a person laugh.. But whether or not a person is happy is deeply, totally, and utterly out of your control'...... And what we realise that we are two completely separate people, with two completely separate individual journeys, and we are choosing to walk our separate journeys together. Then we decided to find our individual internal separate joy. Then we're gonna present ourselves to the relationship, to each other already happy, not coming to each other begging with an empty cup demanding she to fill my cup...it is unfair.. and can be destructive to place the responsibility for your happiness on anybody other than yourself"
SY Ummu Tsabit
24 February 2018, Musholla wisma qanitah