Sebuah tanda koma

Alkisah seseorang menghisab dirinya.. Sehingga sampailah ia pada momen penyadaran akan aibnya yang tak terbendung sementara ia tak pernah bisa menjamin nasib amalannya. Ikhlas atau tidak, diterima atau tertolak... Apa yang ia takutkan dari buah amalannya ternyata jauh lebih besar dibandingkan apa yang ia harapkan dengan amalannya, sampai sampai ingin sekali membenamkan wajah ke dalam bumi, seakan2 menghilang adalah satu-satunya solusi, terlalu banyak kesalahan, terlalu besar aib yang ia miliki.. Hanya manusia saja yang tidak terlalu peduli, atau memang Allah yang terlalu penyayang dan tiada segan untuk menutupi.
.
Sepertinya ia harus berhenti.. "Sudahlah tak usah melakukannya lagi, jalani hidupmu sendiri, pergilah dari sana sejauh yang kau bisa, toh siapa yang akan peduli, sejak awal tanpa kau melakukan sesuatu pun; apa yang akan terjadi pasti terjadi.. Ntah itu baik buruk atau lainnya."
.
Tetapi sesuatu di sebrang sana menahannya untuk tidak berhenti. "Memang sejak awal kaulah yang membutuhkan untuk beramal. Maka apa kau akan meninggalkannya karena manusia sebagaimana kau kerap melakukannya karena mereka pula? Bukankah itu sama saja atau bahkan lebih buruk?"
.
Kini ia menyaksikan kesudahannya.. Fitnah bergulung2 menerpa pemikiran dan hatinya. Amalan sedikit ditambah niat yang tak pernah tegar. Maka bagaimana lagi ia dapat merasa tenang? bagaimana mungkin ia masih sanggup untuk melenggang, berbangga bangga sementara hakikatnya malah semakin celaka?
Pada akhirnya ia kembali pada rahmatNya yang maha luas.. Ia menyadari lagi satu hal yang kerap terlalaikan.. Bahwa memang ialah yang membutuhkan beramal, butuh pertolonganNya, butuh ampunanNya, butuh taufikNya, butuh penjagaanNya, butuh kasih sayangNya. Tak ada celah baginya sedikit pun untuk meninggalkan doa, berharap padaNya, dan bahkan merasa congkak dengan amalannya yang sedikit lagi tidak ada bobotnya.
. . . . . .
Waktu masih berdetak, kewajiban bertandang silih berganti, kau berjalan mengupayakan kehidupan dan penghidupanmu.
Berlabuhlah sejenak. Ambil sebuah jeda singkat, rangkai sebuah tanda koma, sebelum kau melanjutkan suratanmu. Waktunya introspeksi.


Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Hanya sebentar saja

Sajak Rindu

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Yonika

Tahapan Menuju Pernikahan yang Syar’i untuk para Jomblo