Jazaahumallaahu ahsan al jazaa'
Setiap insan
tumbuh dan berkembang bersama dengan kenangannya. Aku teringat dengan kisah
John Wood, pendiri Room to Read yang meninggalkan jabatannya untuk
berkontribusi dalam membangun ‘pendidikan’ dan telah mendirikan lebih dari 7000
perpustakaan di pelosok dunia. Aku takjub sekaligus iri menyimak kisah beliau
yang melatarbelakangi sikapnya tersebut. Sedari kecil orang tuanya menanamkan
padanya kecintaan terhadap membaca sehingga memori masa lalunya dipenuhi dengan
buku dan pengetahuan. Beliau berkata dalam bukunya ‘...saya benar – benar tak
bisa membayangkan masa kecil saya tanpa buku’. Dan pada suatu ketika beliau
dihadapkan dengan statistik bahwa 1 dari 7 orang di seluruh dunia mengalami buta aksara
padahal dia tau betapa bahagianya ia di masa kecilnya ketika ayahnya pulang
membawa buku Curious George dan beberapa buku Dr.Seuss. Pada akhirnya
mulailah beliau dengan misi kebajikannya. Dan begitulah masa lalu turut andil
membentuk kepribadian, semangat, dan orientasi seseorang dalam rentetan hikayatnya.
Di sisi lain aku
mengingat begitu banyak orang – orang yang ‘kurang sukses’ di luar sana yang
hingga masa tuanya mengumpat, menghardik, bahkan mencaci keadaan akibat
penyesalan akan masa lalunya yang kurang menyenangkan –menurutnya. Maka aku berlindung
kepada Allah dari penyesalan dan kerugian di masa mendatang. Dan aku bertekad
untuk memperbaiki kehidupanku yang sekarang dengan membuat ‘kenangan – kenangan
manis’ yang akan menguntungkan kesudahan bagiku kelak. Meningkatkan kualitas
hidup dengan ilmu yang bermanfaat dan amal – amal shalih dengan segenap doa yang kupanjatkan, mengharapkan rahmat dan taufik dari Allah. Karena aku meyakini bahwa tidak ada
keterlambatan dalam memulai suatu kebaikan dan perbaikan. Meski perbaikan tak
dapat mengubah masa lalu seseorang tapi yang pasti ia akan berakibat baik untuk
masa depan.
Karena aku sadar,
di masa lalu, aku belum bisa menjadi anak yang penuh bakti sebagaimana Uwais Al
Qarni yang tidak akan tidur sebelum ibunya tidur, atau zainal abidin yang tak
pernah makan satu meja dengan ibunya karena kekhawatirannya kalau kalau ia
mendahului ibunya mengambil makanan yang diinginkan ibunya. Maka Pa, Ma, senantiasa
ajari aku hingga aku mengerti bahwa itu baik untukku dan yang lainnya buruk
bagiku. Semoga masih ada permakluman yang tersisa bagiku, tahanlah kekesalan itu sedikit lagi, dan aku berjanji
tidak akan mengulanginya dengan sengaja. Semoga kalian masih betah mendengarkanku dengan penuh
kasih sayang sebagaimana kalian betah mendengar celotehan tiada artiku ketika
aku kecil. Semoga kalian tiada jenuh mencurahkan maaf padaku ketika khilaf itu tak terbendung untuk yang
kesekian kalinya sebagaimana yang selalu kalian lakukan. Doakanlah anakmu ini
sehingga ia tumbuh dewasa dan meraih predikat ‘Hamba’ yang sebenarnya. Dan semoga kalian diberi taufiq oleh Allah untuk bersabar -lagi- dengan semuanya.
Bersabar untuk
menuntunku merengkuh hidayahNya, bersabar untuk tidak mencela meski aku layak mendapatkannya, bersabar untuk selalu memaafkan, bersabar untuk
terus mendoakan, dan bersabar hingga hari itu tiba. Bersabar hingga
Mahkota yang lebih berharga dari dunia dan seisinya disematkan kepada papa dan
mama. Bersabar hingga jubah kemuliaan itu dikenakan di tubuh kalian. Dan
ketika hari itu tiba aku akan membawa semua kenangan indah yang mendominasi
ingatanku dan bersaksi di hadapan Rabbku ‘Ya Rabbi, segala puji hanya untukMu, mereka
orang tuaku, telah membesarkanku dengan ilmu, kasih sayang dan doa, dan
mengusahakan keshalihanku dengan kesabaran tiada tara, maka kumpulkanlah kami
kembali di surga..’.
sebagaimana janjiNya
“...Orang-orang
yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah
luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 10)