Hidup Mulia hanya dengan Aturan yang Mulia

             Kate Middleton, ratu Elizabeth, dan semisalnya, punya protokoler kerajaan khusus yg mengawasi gerak gerik mereka, memastikan setiap langkah "tampak" sempurna, tak lupa senyum merona sebagai atribut wajib di setiap kesempatannya, memastikan citra tanpa cela. Dari berjalan di atas karpet merah, gaya busana, hingga manner di meja makannya. 

Begitu mulia kedudukan mereka di hati2 rakyatnya. Kagum, iri, dan berbagai apresiasi disematkan bagi masing2 individunya. 

Aku hanya heran saja... 
Kenapa kita bisa salut dan bangga pada mereka yang mampu menggunakan bermacam jenis sendok sesuai dengan jenis makanannya, atau pada mereka yang jago mengambil gambar dengan kamera mengikuti 'kaidah' atau standar yang ditetapkan manusia, kaya rule of third lah, teknik frame lah, 45 degree lah,  dan sebagainya. 

Aku juga heran... 
Kenapa kita begitu mengagumi mereka yang mampu baris berbaris, membentuk formasi, langkah tegap demi mengibarkan bendera, atau menghargai mereka yang begitu bersemangat menjaga pola makan dan pola hidup sehat, ikut senam a ikut diet b, membuat jadwal menu bergizi sampe install apps reminder "sudah berapa langkah hari ini?"  atau "berapa galon air putih yang sudah dikonsumsi?"... 

... 

Aturan manusia begitu banyak.. Dan pada fitrahnya, kita menyukai mereka yang taat dengan aturan2 tersebut, juga menghargai dan menghormati mereka yang teguh di atas norma2 kehidupan yang ada. 

Tapi kenapa... (Seperti ada double standar) seakan2 penghargaan itu tidak berlaku untuk mereka yang mencoba hidup teguh dengan mentaati peraturan Allah yang Maha mengatur dengan segala ilmu dan hikmahNya? Saking asingnya taqwa di mata dan telinga manusia, Sebagian orang yang mencoba berbuat demikian bahkan dianggap radikal, lebay, atau overacting. Padahal Allah lah pemilik kemuliaan tertinggi, Allah yang menciptakan kita, Allah pula yang berhak dan mampu membuat aturan yang paling mulia dan memuliakan pelakunya. 

Kita jarang mendengar protes atau pertanyaan "kenapa harus karpet merah? Kenapa ga hitam?" 

Tapi betapa banyak pertanyaan berdengung "aih.. Kenapa sih harus pake jilbab kaya gitu?" 

Kita butuh penjelasan dan jawaban yang ultra ilmiah dan bahkan baru akan patuh ketika memang kita mengalami langsung dampak negatif pada badan/jiwa/harta ketika  meninggalkan sebuah perintah atau melanggar sebuah larangan Allah. Tapi kita jarang mengkritisi "kenapa jalan di tempat anak2 tonti harus gitu?"  atau "kenapa ngibarin bendera aja kudu baris berbaris kek gitu?". Tanpa penjelasan keuntungan2 ilmiah segi kesehatan maupun kejiwaan, kita bisa terima2 saja dengan konsep table manner dan sebagainya.. 

Pertanyaannya:
Siapakah yang paling mulia dan layak untuk dipatuhi di dunia ini? Aturan mana yang benar2 mulia dan memuliakan mereka yang mematuhinya? 

===========================================================

Ingatkah kita? Pada tahun ke 16 Hijriyah kaum muslimin yang 'kerajaan'nya baru berdiri selama 16 th telah mampu menjatuhkan kerajaan persi hingga ke akarnya dengan kualitas persenjataan dan prajurit yang seadanya, dibandingkan persenjataan dan kuantitas tentara persi yang memang siap tempur, kerajaan yang notabene telah berdiri selama 8 abad dengan deretan sejarah dan prestasinya..

            Untuk sosok individu umur 16 tahun memang cukup lama, kira kira menginjak usia remaja.. Tapi untuk sebuah kaum, 16 tahun adalah umur yang sangat singkat.. Terlalu singkat untuk rasulullaah, pemimpinnya, menjadi orang yang paling dicintai para sahabatnya bahkan melebihi kecintaan mereka terhadap bapak ibu anak mereka, bahkan melebihi kecintaan mereka terhadap diri mereka sendiri, dengan kata lain mereka sanggup menebus nyawa rasul meski dengan harta harta dan raga mereka. 16 tahun bahkan tak cukup lama untuk seorang pemimpin mendapatkan loyalitas seluruh anggotanya dari sebuah partai. 

Bagi seorang guru matematika, 16 tahun belum cukup untuk membuat satu kelas muridnya menguasai matematika hingga deret fourier. Bagi rasulullaah 16 tahun cukup untuk mendidik ratusan bahkan ribuan shahabatnya menjadi pribadi pribadi penuh taqwa dan shalih lagi mulia, yang nantinya mereka menyebarkan islam ke penjuru dunia, sehingga pada akhirnya ummat islam berkembang hingga menjadi 1/3 ummat dunia. 

          16 tahun... Saking singkatnya, negara ini masih butuh terhadap tambahan waktu lagi untuk menanamkan budaya mengantri dan membuang sampah pada tempatnya.. Sedang rasulullaah, hanya butuh seorang utusan sehingga kota madinah tergenang dengan khamr yang di tumpahkan dan dibuang begitu saja tak lama pengharamannya dikumandangkan... Begitu pula dengan syariat lainnya.

       Ah...Begitu singkatnya 16 tahun untuk kemenangan sebuah ummat.. Dan kita kaum muslimin masih menyandang kemuliaan tersebut.. Hingga saat ini.. Kecuali bagi mereka yang melepaskan jubah jubah kemuliaannya sendiri dengan menanggalkan syariat Allah dan mencari 'aturan' lain yang padahal tak akan lebih mulia dari aturanNya..


             Sudah barang tentu, seseorang akan terhormat ketika ia menjalani tatanan yang dianut orang orang terhormat lainnya.. Karena setiap tujuan memiliki rutenya sendiri, kendaraannya sendiri,... dan sungguh kapal takkan sampai tujuan dengan berlayar di atas pasir..

        Wajarlah, Begitu besar pertolongan Allah bagi kaum terdahulu yang setia menjalankan syariatNya yang mulia dan memuliakan(orang yang mengamalkannya).. Bagaimana tidak? Sudah kita dengar kisah para shahabat menumpahkan khamr dari gelas2 dan kendi2 mereka sesaat setelah rasulullah mengutus seseorang berkeliling dan mengumumkan pengharamannya "ألا ان الخمر قد حُرمت".. Tanpa bertanya "lha kok? Kenapa e?" dan sebagainya..  Atau kisah keadaan kota madinah, bagaimana para shahabiyah bersegera tanpa fafifu babibu menutup aurat mereka sejenak setelah perintah berhijab diturunkan.. Maka wajarlah pertolongan besar Allah turunkan bagi mereka radhiyallahu 'anhum. 

Tak hanya memperoleh pertolongan, tapi perhatikan  pula bagaimana Allah mengangkat derajat dan kedudukan kaum terdahulu jauh tinggi bahkan melampaui asa ummat di zaman ini, karena penghormatan mereka terhadap syariat Allah. 

           Dan pertolongan Allah itu ada dua macam, yakni dengan mengirimkan 'bala tentara' bantuan.... atau dengan menempatkan rasa takut di hati hati para musuh islam. Dan keduanya tidak akan didapatkan melainkan karena iman yang menancap di hati kaum muslimin dan pengagungan mereka terhadap hukum Rabb semesta alam. Kaum muslimin benar benar menempatkan asa dan cintanya di tempat yang semestinya hingga mereka satu referensi, satu persepsi, dan bersatulah hati hati mereka yang dengannya gentarlah dan menciutlah nyali musuh musuh islam..

           Iman yang kuat membuat kaum muslimin berperang seakan akan mereka tak takut mati, (demi tegaknya penunaian manusia terhadap hak Rabbnya dan rasulNya). Karena di mata seorang mukmin, kemungkinan yang terjadi hanya ada dua, syahid dengan segala kemuliaannya atau menang di atas kemuliaan pula.. 

(kini)Selama wahn (cinta dunia; harta, kedudukan, sanjungan, dsb dan takut mati) yang  menancap, dan selama perhiasan dunia yang satu satunya menjadi mata pencaharian hidup seorang muslim, aturan sebaik apa pun akan ditinggalkan,  nilai semulia apapun yang telah dibangun ummat terdahulu akan terus memudar, bahkan untuk bersatu pun sulit. 

Bilamanakah ummat ini meraih kemuliaannya kembali? 

Faidah kajian ust afifi, wasiat nabi, rabu bakda maghrib, masjid pogung raya



Popular posts from this blog

Perbedaan Penulisan pada Mushaf Kemenag dengan Mushaf Rasm Utsmani cetakan Madinah

Mad Badal - Meringankan Syiddah

Hanya sebentar saja

Sajak Rindu

Tips Membuat CV Ta’aruf, Bonus Format Instan

Yonika

Tahapan Menuju Pernikahan yang Syar’i untuk para Jomblo